Pemerintah petakan riset perguruan tinggi
20 Mei 2016 23:28 WIB
dokumentasi Kunjungan Kerja Menristek Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir (kedua kanan) berbincang dengan kelompok tani PT. Tunas Agro Persada di Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (13/3/15). Muhammad Nasir berharap petani melakukan penelitian-penelitian sehingga tercipta inovasi dan pemerintah mendukung penuh supaya produk unggulan pertanian nasional dapat diekspor. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho) ()
Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sedang melakukan pemetaan riset di perguruan tinggi.
"Pemetaan tersebut akan menghasilkan pemetaan unggulan perguruan tinggi. Pemetaan itu diharapkan selesai pada akhir tahun 2016," kata Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemristekdikti Ocky Karta Radjasa di Yogyakarta, Jumat.
Di sela lokakarya Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari), Ocky mengatakan melalui pemetaan itu nanti akan diketahui unggulan yang dimiliki satu perguruan tinggi.
"Masyarakat secara otomatis juga akan mengetahui keunggulan tiap-tiap perguruan tinggi di Indonesia," katanya.
Menurut dia, ada indikator untuk mengukur keunggulan masing-masing perguruan tinggi, antara lain jumlah jurnal yang terindeks, jumlah publikasi pada jurnal internasional, jurnal yang terakreditasi nasional, buku ajar, prototipe hasil penelitian, dan HAKI yang dimiliki.
"Saat ini juga sedang disusun Rencana Induk Nasional (RIN) di bidang riset dan pengabdian kepada masyarakat," kata Ocky.
Ia mengatakan sesuai UU Nomor 12/2012, 30 persen dari total dana Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) sebesar Rp1,365 triliun wajib dikucurkan untuk kegiatan riset perguruan tinggi dengan beberapa bidang prioritas yang akan dicantumkan dalam RIN.
Bidang prioritas riset itu antara lain kesehatan dan obat-obatan, energi dan energi terbarukan, transportasi dan manajemen maritim, ketahanan pangan, pertahanan dan teknologi pertahanan, serta sosio humaniora dan pendidikan.
"Sampai saat ini kami masih menerima berbagai usulan agar beberapa bidang dimasukkan. Misalnya soal lingkungan," katanya.
Ketua Umum Hildiktipari Suhendroyono mengatakan peringkat perguruan tinggi di Indonesia di masa mendatang akan ditentukan oleh kualitas penelitian dosen sehingga Hildiktipari sebagai wadah perguruan tinggi bidang pariwisata perlu memberikan pembekalan bagi para anggotanya melalui lokakarya.
"Lokakarya itu untuk seluruh dosen pariwisata se-Indonesia. Lokakarya dibuka oleh Koordinator Kopertis Wilayah V Yogyakarta Bambang Supriyadi sebagai bentuk dukungan kepada dosen pariwisata," kata Suhendroyono yang juga Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (Stipram) Yogyakarta.
"Pemetaan tersebut akan menghasilkan pemetaan unggulan perguruan tinggi. Pemetaan itu diharapkan selesai pada akhir tahun 2016," kata Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemristekdikti Ocky Karta Radjasa di Yogyakarta, Jumat.
Di sela lokakarya Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari), Ocky mengatakan melalui pemetaan itu nanti akan diketahui unggulan yang dimiliki satu perguruan tinggi.
"Masyarakat secara otomatis juga akan mengetahui keunggulan tiap-tiap perguruan tinggi di Indonesia," katanya.
Menurut dia, ada indikator untuk mengukur keunggulan masing-masing perguruan tinggi, antara lain jumlah jurnal yang terindeks, jumlah publikasi pada jurnal internasional, jurnal yang terakreditasi nasional, buku ajar, prototipe hasil penelitian, dan HAKI yang dimiliki.
"Saat ini juga sedang disusun Rencana Induk Nasional (RIN) di bidang riset dan pengabdian kepada masyarakat," kata Ocky.
Ia mengatakan sesuai UU Nomor 12/2012, 30 persen dari total dana Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) sebesar Rp1,365 triliun wajib dikucurkan untuk kegiatan riset perguruan tinggi dengan beberapa bidang prioritas yang akan dicantumkan dalam RIN.
Bidang prioritas riset itu antara lain kesehatan dan obat-obatan, energi dan energi terbarukan, transportasi dan manajemen maritim, ketahanan pangan, pertahanan dan teknologi pertahanan, serta sosio humaniora dan pendidikan.
"Sampai saat ini kami masih menerima berbagai usulan agar beberapa bidang dimasukkan. Misalnya soal lingkungan," katanya.
Ketua Umum Hildiktipari Suhendroyono mengatakan peringkat perguruan tinggi di Indonesia di masa mendatang akan ditentukan oleh kualitas penelitian dosen sehingga Hildiktipari sebagai wadah perguruan tinggi bidang pariwisata perlu memberikan pembekalan bagi para anggotanya melalui lokakarya.
"Lokakarya itu untuk seluruh dosen pariwisata se-Indonesia. Lokakarya dibuka oleh Koordinator Kopertis Wilayah V Yogyakarta Bambang Supriyadi sebagai bentuk dukungan kepada dosen pariwisata," kata Suhendroyono yang juga Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (Stipram) Yogyakarta.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: