Bantul (ANTARA News) - Pengembangan hutan mangrove di wilayah pesisir Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkendala dengan sampah yang berserakan di kawasan muara Sungai Opak wilayah hutan bakau tersebut.

"Sampah memang menjadi musuh utama hutan bakau, suatu hari pernah sampah yang dibersihkan bisa sampai lima truk," kata Ketua II Keluarga Pemuda Pemudi Baros selaku pengelola kawasan hutan mangrove Baros, Junianto Handoko di Bantul, Rabu.

Menurut dia, hutan mangrove di kawasan muara sungai Opak yang tidak jauh dari pantai selatan Bantul ini terus dikembangkan dengan melakukan penanaman bibit pohon, supaya luasan hutan terus bertambah dari yang sekarang masih sekitar lima hektare.

Namun demikian, kata dia, meskipun penanaman mangrove sudah diantisipasi dengan memasang jaring di seputaran vegetasi tanaman rawa-rawa itu, akan tetapi banyak sampah yang masih bisa masuk dan menghambat pengembangan hutan bakau itu.

"Upaya pembersihan sampah di lahan bakau sudah dilakukan berkala, namun sampah masih bermunculan, ada sampah plastik dan kasur. Karena ini adalah muara sungai jadi seperti buangan terakhir," katanya.

Ia mengatakan, sampah-sampah tersebut dapat mematikan pohon bakau saat sampah terlilit pada batang-batang pohon bakau, karena dapat membusukkan batang, meski begitu terus diantisipasi dengan memasang paranet atau semacam jaring yang dinilai lebih kuat.

Pihaknya berharap masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai, karena hal itu akan berdampak di muara sungai, seperti di kawasan hutan bakau di Baros yang dilewati aliran air sungai sebelum bertemu dengan pantai selatan.

Sementara itu, menurut dia, hutan bakau di Baros yang ditanam sejak 2003 dan saat ini sudah seluas lima hektare tersebut masih terbilang kecil, sehingga akan terus dikembangkan hingga seluas 100 hektare dengan penanaman bibit bakau yang didapatkan dari Semarang dan Cilacap.

Menurut dia, fungsi hutan mangrove cukup banyak, seperti menanggulangi abrasi pantai dan menyaring kadar garam yang dibawa angin ke lahan pertanian warga, selain itu mampu memecah gelombang tsunami karena akar pohon bakau cukup kuat.

"Harapan kami pemerintah dan masyarakat tetap mendukung pengembangan hutan bakau di Baros karena ini merupakan satu-satunya di Kabupaten Bantul. Dari segi fungsinya juga untuk melindungi masyarakat dari bencana," katanya.