Empat jenis burung endemis Sulawesi terancam punah
17 Mei 2016 21:10 WIB
Burung Maleo. Dua ekor anakan burung Maleo (Macrocepalon Maleo) ditangkarkan sebelum dilepas ke habitatnya di Pusat Penangkaran Maleo di Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/6/2013). Menurut Balai Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), populasi burung endemik Sulawesi dan dilindungi itu hanya tersisa sekitar 500 ekor yang tersebar di seluruh kawasan TNLL. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Gorontalo (ANTARA News) - Empat jenis burung endemis Sulawesi yang hidup di hutan Kecamatan Paguat hingga Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, termasuk dalam kategori terancam punah.
"Itu berdasarkan data the International Union for Conservation of Nature (IUCN)," kata Junior Ecologist Burung Indonesia Program Gorontalo Pantiati di Gorontalo, Selasa.
Keempat jenis burung itu meliputi Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo) dengan status genting (EN) dan tiga jenis berstatus rentan (VU), yakni Mandar Muka-Biru (Gymnocrex rosenbergi), Kangkareng Sulawesi (Rhabdotorrhinus exarhatus), dan Julang Sulawesi (Rhcticeros cassidix).
Popayato-Paguat sendiri merupakan wilayah kerja Burung Indonesia dengan program Restorasi Ekosistem.
Menurut Pantiati, Julang dan Kangkareng Sulawesi telah dikategorikan rentan sejak tahun 2012 karena penurunan populasi yang cepat.
"Populasi turun merupakan dampak dari kerusakan habitat, kebakaran hutan, perburuan, hingga penambangan emas," ujarnya.
Kedua jenis rangkong tersebut juga terdaftar pada Lampiran II Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) serta dilindung dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
"Dua jenis ini masih relatif mudah dijumpai di kelompok hutan Taluditi, Paguyaman ,dan Dengilo yang berada dalam bentang Hutan Popayato-Paguat," katanya.
Sebagai pemakan buah, burung-burung ini hidup berkelompk hingga puluhan individu dan hinggap pada pohon sejenis beringin (Ficus spp).
Ia menambahkan, hutan Popayato-Paguat juga menjadi wilayah jelajah penting bagi Maleo.
Sebagai anggota Suku Megapoda, burung ini memakan buah yang jatuh ke permukaan tanah. Maleo juga makan beragam jenis biji, kumbang, semut, rayap, dan siput.
"Pantai di Cagar Alam Panua yang terletak di Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu area penting untuk peneluran Maleo karena mereka memanfaatkan suhu panas pasir untuk proses inkubasi telur," jelasnya.
Keberadaan jenis-jenis burung tersebut, lanjutnya, menunjukkan bahwa lokasi itu masih memiliki hutan terbaik di Sulawesi yang perlu diselamatkan.
"Itu berdasarkan data the International Union for Conservation of Nature (IUCN)," kata Junior Ecologist Burung Indonesia Program Gorontalo Pantiati di Gorontalo, Selasa.
Keempat jenis burung itu meliputi Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo) dengan status genting (EN) dan tiga jenis berstatus rentan (VU), yakni Mandar Muka-Biru (Gymnocrex rosenbergi), Kangkareng Sulawesi (Rhabdotorrhinus exarhatus), dan Julang Sulawesi (Rhcticeros cassidix).
Popayato-Paguat sendiri merupakan wilayah kerja Burung Indonesia dengan program Restorasi Ekosistem.
Menurut Pantiati, Julang dan Kangkareng Sulawesi telah dikategorikan rentan sejak tahun 2012 karena penurunan populasi yang cepat.
"Populasi turun merupakan dampak dari kerusakan habitat, kebakaran hutan, perburuan, hingga penambangan emas," ujarnya.
Kedua jenis rangkong tersebut juga terdaftar pada Lampiran II Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) serta dilindung dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
"Dua jenis ini masih relatif mudah dijumpai di kelompok hutan Taluditi, Paguyaman ,dan Dengilo yang berada dalam bentang Hutan Popayato-Paguat," katanya.
Sebagai pemakan buah, burung-burung ini hidup berkelompk hingga puluhan individu dan hinggap pada pohon sejenis beringin (Ficus spp).
Ia menambahkan, hutan Popayato-Paguat juga menjadi wilayah jelajah penting bagi Maleo.
Sebagai anggota Suku Megapoda, burung ini memakan buah yang jatuh ke permukaan tanah. Maleo juga makan beragam jenis biji, kumbang, semut, rayap, dan siput.
"Pantai di Cagar Alam Panua yang terletak di Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu area penting untuk peneluran Maleo karena mereka memanfaatkan suhu panas pasir untuk proses inkubasi telur," jelasnya.
Keberadaan jenis-jenis burung tersebut, lanjutnya, menunjukkan bahwa lokasi itu masih memiliki hutan terbaik di Sulawesi yang perlu diselamatkan.
Pewarta: Debby Mano
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: