Banyak periset Indonesia belum perhatikan kebutuhan masyarakat
17 Mei 2016 17:00 WIB
Rolls-Royce bentuk program khusus untuk pendidikan Indonesia. (kiri ke kanan) Direktur Sumber Daya Manusia Universitas Indonesia Riani Rachmawati, Wakil Rektor Bidang Penelitian Inovasi dan Kerjasama Institut Teknologi Bandung Bambang Riyanto Trilaksono, Direktur Umum Bidang IPTEK dan Kelembagaan Pendidikan Tinggi Patdono Suwignjo, Senior Program Manager Newton Fund British Council Femmy Soemantri, dan Presiden Direktur PT Rolls-Royce Indonesia indonesia Adrian Short. (ANTARA News/Monalisa)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Rektor Bidang Penelitian, Inovasi, dan Kerjasama Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Bambang Riyanto Trilaksono mengatakan bahwa banyak periset Indonesia belum melihat kebutuhan konsumen dalam penelitian khususnya desain produk teknologi.
"Periset dan akademisi di Indonesia masih terbiasa melakukan desain produk teknologi hanya berdasarkan keingintahuan tetapi tidak terbiasa melakukannya berdasarkan kebutuhan konsumen. Kemampuan melihat kebutuhan konsumen sangat penting untuk perkembangan inovasi," kata Bambang, di Jakarta, saat berbagi pengalamannya mengikuti program International Experience Programme dari Rolls-Royce dan British Council di Inggris, Selasa.
Menurut Bambang, baru beberapa program studi yang mengajarkan design thinking atau konsep rancangan. Ia menambahkan, hal tersebut merupakan salah satu aspek yang seharusnya dikuasai periset Indonesia untuk mengembangkan industri manufaktur.
"Selama ini industri kita juga baru fokus pada jasa dan perdagangan. Masih jarang fokus pada konten lokal yang memadai, karena itu mungkin banyak engineer kita yang tidak bekerja di bidangnya serta tidak dibayar dengan memadai," jelas Bambang.
Selain itu, lanjutnya, jiwa kemimpinan secara peprsonal juga penting untuk menghadapi tantangan nasional maupun global.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Sumber Daya Manusia Universitas Indonesia Dr Riani Rachmawati mengatakan bahwa modifikasi kurikulum di universitas dengan memperhatikan kondisi industri juga diperlukan.
"Modifiksi dan memperbaiki kurikulum di universitas perlu dilakukan dengan melihat kondisi global," ujarnya yang juga menjadi delegasi program International Experience Programme.
"Periset dan akademisi di Indonesia masih terbiasa melakukan desain produk teknologi hanya berdasarkan keingintahuan tetapi tidak terbiasa melakukannya berdasarkan kebutuhan konsumen. Kemampuan melihat kebutuhan konsumen sangat penting untuk perkembangan inovasi," kata Bambang, di Jakarta, saat berbagi pengalamannya mengikuti program International Experience Programme dari Rolls-Royce dan British Council di Inggris, Selasa.
Menurut Bambang, baru beberapa program studi yang mengajarkan design thinking atau konsep rancangan. Ia menambahkan, hal tersebut merupakan salah satu aspek yang seharusnya dikuasai periset Indonesia untuk mengembangkan industri manufaktur.
"Selama ini industri kita juga baru fokus pada jasa dan perdagangan. Masih jarang fokus pada konten lokal yang memadai, karena itu mungkin banyak engineer kita yang tidak bekerja di bidangnya serta tidak dibayar dengan memadai," jelas Bambang.
Selain itu, lanjutnya, jiwa kemimpinan secara peprsonal juga penting untuk menghadapi tantangan nasional maupun global.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Sumber Daya Manusia Universitas Indonesia Dr Riani Rachmawati mengatakan bahwa modifikasi kurikulum di universitas dengan memperhatikan kondisi industri juga diperlukan.
"Modifiksi dan memperbaiki kurikulum di universitas perlu dilakukan dengan melihat kondisi global," ujarnya yang juga menjadi delegasi program International Experience Programme.
Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016
Tags: