Menperin "pancing" Ducati buka pabrik di Indonesia
16 Mei 2016 20:45 WIB
Direktur Penjualan dan Pemasaran Regional Asia Ducati Motor Co, Marco Biondi, di sela-sela pembukaan Diler Utama Ducati Indonesia di bawah PT Garansindo Sports di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Senin (16/5/2016). (ANTARA News/Gilang Galiartha)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin turut hadir dalam peresmian diler terbesar Ducati di dunia di Jakarta, Senin, yang dibawahi agen pemegang merek Ducati di Indonesia PT Garansindo Euro Sports.
"Dengan hadirnya diler terbesar Ducati di dunia ini, kami berharap ke depan nanti mulai berangsur-angsur dari didatangkan dalam bentuk CBU, mulai CKD, kemudian dirakit dan nantinya fasilitas produksinya bisa pindah ke Indonesia," kata Saleh saat menyampaikan sambutannya.
Menurut Saleh dengan pemindahan fasilitas produksi ke Indonesia, Ducati sekaligus bisa memberikan kepastian yang lebih bagi penggemarnya di Indonesia, baik itu dari segi ketersediaan unit dan penyalurannya maupun kebutuhan suku cadang.
Berkaitan dengan hal itu, Direktur Penjualan dan Pemasaran Regional Asia Ducati Motor, Marco Biondini, mengaku belum memiliki rencana membuka fasilitas produksi di Indonesia dalam waktu dekat, namun tidak berarti pihaknya menutup kemungkinan langkah tersebut sama sekali.
Saat ini kebutuhan unit yang dijual Ducati di Indonesia didatangkan dari pabrik merek premium Italia itu yang berada di Thailand.
"Kami sudah punya pabrik di Thailand sejak lima tahun lalu dan sudah dimanfaatkan banyak negara di Asia yang tergabung dalam perjanjian dagang bea masuk nol persen. Untuk pabrik di Indonesia, kami tidak bilang tidak, tetapi bukan mengatakan akan membukanya besok juga," kata Biondini.
"Pembukaan diler terbesar Ducati dunia ini menjadi titik tolak langkah panjang Ducati di Indonesia. Semua tergantung pertumbuhan penjualan Ducati dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya menambahkan.
Unit Ducati yang didatangkan dari Thailand memang masuk tanpa tarif, alias bea masuk nol persen, namun terkena pajak barang mewah yang tarifnya mencapai 125 persen.
Biondini mengungkapkan jika penjualan Ducati bisa mencapai angka 20.000 unit dalam setahun di Indonesia, pihaknya tentu akan mempertimbangkan membuka fasilitas produksi di Indonesia.
"Dengan hadirnya diler terbesar Ducati di dunia ini, kami berharap ke depan nanti mulai berangsur-angsur dari didatangkan dalam bentuk CBU, mulai CKD, kemudian dirakit dan nantinya fasilitas produksinya bisa pindah ke Indonesia," kata Saleh saat menyampaikan sambutannya.
Menurut Saleh dengan pemindahan fasilitas produksi ke Indonesia, Ducati sekaligus bisa memberikan kepastian yang lebih bagi penggemarnya di Indonesia, baik itu dari segi ketersediaan unit dan penyalurannya maupun kebutuhan suku cadang.
Berkaitan dengan hal itu, Direktur Penjualan dan Pemasaran Regional Asia Ducati Motor, Marco Biondini, mengaku belum memiliki rencana membuka fasilitas produksi di Indonesia dalam waktu dekat, namun tidak berarti pihaknya menutup kemungkinan langkah tersebut sama sekali.
Saat ini kebutuhan unit yang dijual Ducati di Indonesia didatangkan dari pabrik merek premium Italia itu yang berada di Thailand.
"Kami sudah punya pabrik di Thailand sejak lima tahun lalu dan sudah dimanfaatkan banyak negara di Asia yang tergabung dalam perjanjian dagang bea masuk nol persen. Untuk pabrik di Indonesia, kami tidak bilang tidak, tetapi bukan mengatakan akan membukanya besok juga," kata Biondini.
"Pembukaan diler terbesar Ducati dunia ini menjadi titik tolak langkah panjang Ducati di Indonesia. Semua tergantung pertumbuhan penjualan Ducati dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya menambahkan.
Unit Ducati yang didatangkan dari Thailand memang masuk tanpa tarif, alias bea masuk nol persen, namun terkena pajak barang mewah yang tarifnya mencapai 125 persen.
Biondini mengungkapkan jika penjualan Ducati bisa mencapai angka 20.000 unit dalam setahun di Indonesia, pihaknya tentu akan mempertimbangkan membuka fasilitas produksi di Indonesia.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: