Menteri Susi: Eksploitasi hiu paus jangan berlebihan
14 Mei 2016 14:42 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berenang saat meninjau lokasi wisata hiu paus (Rhincodon typus sp. atau whale shark) di perairan laut Desa Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Sabtu (14/5/2016). (ANTARA/Adiwinata Solihin)
Gorontalo (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, meminta eksploitasi hiu paus (Rhincodon typus sp. atau whale shark) di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, jangan berlebihan.
"Saya mohon fenomena 17 whale shark di Gorontalo jangan sampai justru merusak, karena kita menggenjot pariwisata, maka cara-cara kita mendekati, melihat dan mengapresiasi hiu-hiu ini jangan membuat mereka sakit dan celaka," tukasnya saat berkunjung di Gorontalo, Sabtu.
Menurut Susi, pengunjung dan warga setempat wajib menjaga jarak dengan keberadaan hiu paus, yang baru saja menjadi destinasi wisata di daerahnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan hiu paus sebagai ikan yang dilindungi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2013 untuk menjaga kelestarian dan menghindari kepunahan ikan mamalia tersebut.
Meskipun dilindungi, KKP mengatur bahwa pemanfaatan ekonomi hiu paus secara non-esktraktif masih diperbolehkan, misalnya untuk tujuan wisata.
"Hiu paus di sini harus dikelola bijaksana dan dilakukan sesuai pedoman yang sudah diterbitkan KKP, sehingga aktivitas wisata dapat dilakukan secara lestari dan memenuhi aspek konservasi," ujar Susi.
Ia juga menyatakan dukungannya terhadap potensi wisata hiu paus di Gorontalo dengan memberikan bantuan ke kelompok nelayan dan komunitas sadar wisata hiu paus berupa alat snorkeling dan buku pedomannya.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL), Brahmantya Satyamurti, dalam kesempatan itu mengatakan bahwa masyarakat adalah pihak yang paling penting dalam menjaga kelestarian hiu paus.
"Wisata ini perlu dipantau masyarakat. Bagaimanapun, kita tetap dapat mengembangkan wisata tanpa harus mengganggu kenyamanan hiu paus. Jumlah kapal pengunjung yang membludak bisa memicu stres pada hewan ini," ujarnya.
Dalam kunjungannya, Susi menyempatkan diri untuk berenang di area kemunculan hiu tersebut dan melanjutkan perjalanan ke Taman Laut Olele yang berada tidak jauh dari Botubarani.
Susi juga berdialog dengan nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan Inengo, dan menyerahkan sejumlah dana untuk kelompok masyarakat, mesin pakan, kegiatan penyuluhan dan pelatihan pemeliharaan alat tangkap ikan jaring.
"Saya mohon fenomena 17 whale shark di Gorontalo jangan sampai justru merusak, karena kita menggenjot pariwisata, maka cara-cara kita mendekati, melihat dan mengapresiasi hiu-hiu ini jangan membuat mereka sakit dan celaka," tukasnya saat berkunjung di Gorontalo, Sabtu.
Menurut Susi, pengunjung dan warga setempat wajib menjaga jarak dengan keberadaan hiu paus, yang baru saja menjadi destinasi wisata di daerahnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan hiu paus sebagai ikan yang dilindungi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2013 untuk menjaga kelestarian dan menghindari kepunahan ikan mamalia tersebut.
Meskipun dilindungi, KKP mengatur bahwa pemanfaatan ekonomi hiu paus secara non-esktraktif masih diperbolehkan, misalnya untuk tujuan wisata.
"Hiu paus di sini harus dikelola bijaksana dan dilakukan sesuai pedoman yang sudah diterbitkan KKP, sehingga aktivitas wisata dapat dilakukan secara lestari dan memenuhi aspek konservasi," ujar Susi.
Ia juga menyatakan dukungannya terhadap potensi wisata hiu paus di Gorontalo dengan memberikan bantuan ke kelompok nelayan dan komunitas sadar wisata hiu paus berupa alat snorkeling dan buku pedomannya.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL), Brahmantya Satyamurti, dalam kesempatan itu mengatakan bahwa masyarakat adalah pihak yang paling penting dalam menjaga kelestarian hiu paus.
"Wisata ini perlu dipantau masyarakat. Bagaimanapun, kita tetap dapat mengembangkan wisata tanpa harus mengganggu kenyamanan hiu paus. Jumlah kapal pengunjung yang membludak bisa memicu stres pada hewan ini," ujarnya.
Dalam kunjungannya, Susi menyempatkan diri untuk berenang di area kemunculan hiu tersebut dan melanjutkan perjalanan ke Taman Laut Olele yang berada tidak jauh dari Botubarani.
Susi juga berdialog dengan nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan Inengo, dan menyerahkan sejumlah dana untuk kelompok masyarakat, mesin pakan, kegiatan penyuluhan dan pelatihan pemeliharaan alat tangkap ikan jaring.
Pewarta: Debby Hariyanti Mano
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016
Tags: