"Harga minyak mentah dunia yang menguat menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah terhadap dolar AS," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Kamis sore ini, berada di level 46,59 dolar AS per barel, naik 0,78 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 47,88 dolar AS per barel, menguat 0,59 persen.
Reza Priyambada menambahkan bahwa berkurangnya sinyal kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed) pada bulan Juni tahun ini juga turut mendorong penguatan mata uang rupiah.
Di sisi lain, lanjut dia, survei mengenai penjualan eceran periode Maret 2016 dari Bank Indonesia yang menunjukan kenaikan secara tahunan menambah sentimen positif bagi rupiah. Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2016 tumbuh 11,6 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Februari 2016 yang sebesar 10,6 persen.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa dolar AS bergerak lebih rendah terhadap mayoritas mata uang utama dunia termasuk rupiah, karena sebagian investor melakukan aksi ambil untung.
"Aksi investor itu seiring dengan posisi dolar AS yang relatif sudah cukup tinggi. Apalagi, data ekonomi sebagai penggerak pasar juga cukup minim," katanya.
Dengan demikian, lanjut dia, pelaku pasar diharapkan tetap waspada dikarenakan penguatan mata uang belum sepenuhnya ditopang faktor fundamental. Indonesia masih menanti hasil kajian dari Standard & Poors (S&P) mengenai peringkat.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 13.299 per dolar AS, melemah dibanding posisi Rabu 13.271 per dolar AS.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Kamis sore ini, berada di level 46,59 dolar AS per barel, naik 0,78 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 47,88 dolar AS per barel, menguat 0,59 persen.
Reza Priyambada menambahkan bahwa berkurangnya sinyal kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed) pada bulan Juni tahun ini juga turut mendorong penguatan mata uang rupiah.
Di sisi lain, lanjut dia, survei mengenai penjualan eceran periode Maret 2016 dari Bank Indonesia yang menunjukan kenaikan secara tahunan menambah sentimen positif bagi rupiah. Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2016 tumbuh 11,6 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Februari 2016 yang sebesar 10,6 persen.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa dolar AS bergerak lebih rendah terhadap mayoritas mata uang utama dunia termasuk rupiah, karena sebagian investor melakukan aksi ambil untung.
"Aksi investor itu seiring dengan posisi dolar AS yang relatif sudah cukup tinggi. Apalagi, data ekonomi sebagai penggerak pasar juga cukup minim," katanya.
Dengan demikian, lanjut dia, pelaku pasar diharapkan tetap waspada dikarenakan penguatan mata uang belum sepenuhnya ditopang faktor fundamental. Indonesia masih menanti hasil kajian dari Standard & Poors (S&P) mengenai peringkat.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 13.299 per dolar AS, melemah dibanding posisi Rabu 13.271 per dolar AS.