Inggris tinggalkan Uni Eropa kekhawatiran untuk NATO
10 Mei 2016 14:21 WIB
Bendera Uni Eropa dan Persemakmuran berkibar di depan Perwakilan Komisi Eropa untuk Inggris Raya, di pusat kota London, Rabu (23/1). Perdana Menteri Inggris, David Cameron, berjanji memberikan warga Inggris pilihan melaksanakan referendum untuk tetap bertahan sebagai anggota Uni Eropa atau tidak jika ia menang Pemilu 2015, memberikan tanda tanya atas keanggotaan Inggris di Uni Eropa selama bertahun-tahun. (REUTERS/Stefan Wermuth)
Ljubljana, Slovenia (ANTARA News ) - Kemungkinan penarikan diri Inggris keluar dari Uni Eropa setelah referendum pada 23 Juni merupakan suatu kekhawatiran bagi NATO, kata Wakil Sekretaris Jenderal NATO, Alexander Vershbow, Selasa.
"Dari sudut pandang NATO, memiliki Uni Eropa yang kuat dan bersatu yang merupakan satu mitra yang mumpuni mungkin lebih penting saat ini daripada selama bertahun-tahun sebelumnya," ujar Vershbow.
"Apa pun yang akan mengganggu kesatuan Uni Eropa akan menjadi perhatian NATO. Inggris adalah pemeran militer dan politik yang sangat penting dalam NATO, dan saya berharap hal itu akan tetap demikian di masa depan," lanjut dia.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, Senin, mengemukakan tentang kasus keamanan untuk negara-negara yang masih di dalam Uni Eropa, dengan mengatakan Inggris memerlukan Uni Eropa untuk melawan ISIS dan menangkis Rusia "baru yang suka berperang".
Kedua jenis kampanye di Inggris "untuk keluar" dan "tetap di dalam" (Uni Eropa) mencoba untuk menemukan argumen yang beresonansi dengan para pemilih, yang terbagi rata dalam pemberian suara pada referendum, menurut jajak pendapat.
"Dari sudut pandang NATO, memiliki Uni Eropa yang kuat dan bersatu yang merupakan satu mitra yang mumpuni mungkin lebih penting saat ini daripada selama bertahun-tahun sebelumnya," ujar Vershbow.
"Apa pun yang akan mengganggu kesatuan Uni Eropa akan menjadi perhatian NATO. Inggris adalah pemeran militer dan politik yang sangat penting dalam NATO, dan saya berharap hal itu akan tetap demikian di masa depan," lanjut dia.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, Senin, mengemukakan tentang kasus keamanan untuk negara-negara yang masih di dalam Uni Eropa, dengan mengatakan Inggris memerlukan Uni Eropa untuk melawan ISIS dan menangkis Rusia "baru yang suka berperang".
Kedua jenis kampanye di Inggris "untuk keluar" dan "tetap di dalam" (Uni Eropa) mencoba untuk menemukan argumen yang beresonansi dengan para pemilih, yang terbagi rata dalam pemberian suara pada referendum, menurut jajak pendapat.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: