Solar Euro dorong APM perbanyak varian diesel
9 Mei 2016 17:19 WIB
ilustrasi : Penetapan Harga BBM Petugas memeriksa mesin pengisian ulang bahan bakar minyak di SPBU, Jakarta, Senin (22/2/16). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa) ()
Jakarta (ANTARA News) - Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang sesuai standar internasional (Euro 4) dan distribusi yang menjangkau seluruh Indonesia akan mendorong Agen Pemegang Merek (APM) untuk merakit dan memasarkan kendaraan bermesin diesel secara lebih masif.
"Prinsipal sudah siap semua. Bahkan, di luar negeri juga makin banyak yang beralih ke diesel," kata Pembina III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Sudirman MR di Jakarta, Senin.
Sudirman mengatakan sepanjang Pertamina dapat menyediakan solar yang sesuai standar Euro 4 dan distribusi yang bisa tersebar di seluruh Indonesia, maka APM siap merakit dan memasarkan kendaraan bermesin diesel.
Menurut dia, negara tetangga saja sudah jauh lebih besar pangsa pasar kendaraan bermesin diesel dibandingkan kendaraan bermesin bensin. Sementara di Indonesia, pangsa pasarnya baru 20 persen.
"Itu pun hanya kendaraan komersial, seperti truk, bus dan angkutan umum saja," katanya.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan saat ini Pertamina memasarkan tiga jenis solar untuk kendaraan bermesin diesel, yakni biosolar, Dexlite dan Pertamina Dex. Biosolar memiliki cetane number 48 dan sulfur content maksimal 3.000 ppm.
Dexlite memiliki cetane number minimal 51 dan sulfur content maksimal 1.200 ppm. Sedangkan jenis tertinggi untuk solar adalah Pertamina Dex yang memiliki cetane number 53 dan sulfur content maksimal 300 ppm.
Semakin tinggi angka cetane number, maka kualitas bahan bakar juga semakin baik. Sementara itu, semakin kecil angka sulfur content, emisi gas buang juga semakin ramah lingkungan.
Namun karena harganya paling murah dengan subsidi pemerintah, biosolar tercatat memiliki konsumsi paling besar. Apalagi sebelum Dexlite dipasarkan mulai April 2016, harga biosolar dan Pertamina Dex terpaut cukup jauh.
"Selain sebagai bahan bakar alternatif yang berada di antara solar bersubsidi dan Pertamina Dex, Dexlite juga disiapkan untuk proses transisi menuju Euro 4," kata Wianda.
Istilah Euro adalah standar emisi kendaraan bermotor di Eropa yang juga diadopsi beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Penerapan standar emisi tersebut diikuti dengan peningkatan kualitas BBM. Saat ini, Indonesia masih menggunakan Euro 2.
Ketentuan tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru sejak 2007. Saat ini Pertamina secara perlahan akan menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah dan spesifikasi kendaraan yang semakin canggih.
Menurut Wianda, kehadiran Dexlite diharapkan dapat menjadi alternatif bahan bakar dengan kualitas lebih baik dari biosolar dan harga yang lebih murah dibanding Pertamina Dex.
Dexlite diklaim cocok untuk kendaraan bermesin diesel dengan teknologi common rail, seperti Chevrolet Captiva, Chevrolet Colorado, Hyundai H-1 CRDI, Isuzu D-Max, Isuzu Elf, Kia Pregio, Kia Carnival, Mitsubishi Triton, Nissan Frontier, Peugeot XUD9, Renault Duster, Tata Aria, Toyota Fortuner non VNT, Toyota Innova Diesel dan Toyota Hiace.
"Prinsipal sudah siap semua. Bahkan, di luar negeri juga makin banyak yang beralih ke diesel," kata Pembina III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Sudirman MR di Jakarta, Senin.
Sudirman mengatakan sepanjang Pertamina dapat menyediakan solar yang sesuai standar Euro 4 dan distribusi yang bisa tersebar di seluruh Indonesia, maka APM siap merakit dan memasarkan kendaraan bermesin diesel.
Menurut dia, negara tetangga saja sudah jauh lebih besar pangsa pasar kendaraan bermesin diesel dibandingkan kendaraan bermesin bensin. Sementara di Indonesia, pangsa pasarnya baru 20 persen.
"Itu pun hanya kendaraan komersial, seperti truk, bus dan angkutan umum saja," katanya.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan saat ini Pertamina memasarkan tiga jenis solar untuk kendaraan bermesin diesel, yakni biosolar, Dexlite dan Pertamina Dex. Biosolar memiliki cetane number 48 dan sulfur content maksimal 3.000 ppm.
Dexlite memiliki cetane number minimal 51 dan sulfur content maksimal 1.200 ppm. Sedangkan jenis tertinggi untuk solar adalah Pertamina Dex yang memiliki cetane number 53 dan sulfur content maksimal 300 ppm.
Semakin tinggi angka cetane number, maka kualitas bahan bakar juga semakin baik. Sementara itu, semakin kecil angka sulfur content, emisi gas buang juga semakin ramah lingkungan.
Namun karena harganya paling murah dengan subsidi pemerintah, biosolar tercatat memiliki konsumsi paling besar. Apalagi sebelum Dexlite dipasarkan mulai April 2016, harga biosolar dan Pertamina Dex terpaut cukup jauh.
"Selain sebagai bahan bakar alternatif yang berada di antara solar bersubsidi dan Pertamina Dex, Dexlite juga disiapkan untuk proses transisi menuju Euro 4," kata Wianda.
Istilah Euro adalah standar emisi kendaraan bermotor di Eropa yang juga diadopsi beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Penerapan standar emisi tersebut diikuti dengan peningkatan kualitas BBM. Saat ini, Indonesia masih menggunakan Euro 2.
Ketentuan tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru sejak 2007. Saat ini Pertamina secara perlahan akan menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah dan spesifikasi kendaraan yang semakin canggih.
Menurut Wianda, kehadiran Dexlite diharapkan dapat menjadi alternatif bahan bakar dengan kualitas lebih baik dari biosolar dan harga yang lebih murah dibanding Pertamina Dex.
Dexlite diklaim cocok untuk kendaraan bermesin diesel dengan teknologi common rail, seperti Chevrolet Captiva, Chevrolet Colorado, Hyundai H-1 CRDI, Isuzu D-Max, Isuzu Elf, Kia Pregio, Kia Carnival, Mitsubishi Triton, Nissan Frontier, Peugeot XUD9, Renault Duster, Tata Aria, Toyota Fortuner non VNT, Toyota Innova Diesel dan Toyota Hiace.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: