Kemenkop berupaya cetak wirausaha sosial berbasis TI
6 Mei 2016 12:15 WIB
Deklarasi Anti Narkoba. Sejumlah warga mengikuti deklarasi Kabupaten Semarang Bebas Narkoba di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (17/4/2016). Sekitar 2.500 warga setempat mendeklarasikan gerakan bersama melawan aksi peredaran dan pemakaian Narkoba secara bersama di wilayah tersebut. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Koperasi dan UKM berupaya mencetak wirausaha sosial berbasis teknologi informasi (TI) sebagai pengembangan model bisnis wirausaha yang berdampak luas bagi masyarakat.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Koperasi dan UKM Prakoso BS di Jakarta, Jumat mengatakan ke depan diharapkan lebih banyak tumbuh wirausaha sosial berbasis TI sebagai respon terhadap persoalan yang ada termasuk pengangguran dan kemiskinan.
"Perlu ada suatu program yang berdampak pada penyelesaian masalah sosial yang ada, dan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah sosial tersebut adalah kewirausahaan sosial, khususnya wirausaha sosial yang berbasis teknologi," katanya.
Ia berpendapat, wirausaha sosial potensial mampu mengambil peranan besar dalam mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.
Wirausaha sosial, kata dia, cenderung melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Hasil yang dicapai bukan keuntungan materi semata atau kepuasan pelanggan, tetapi lebih pada bagaimana gagasan yang diajukan oleh wirausaha sosial dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan memecahkan masalah sosial dengan teknologi," ujar Prakoso.
Oleh karena itu, sejak beberapa waktu lalu pihaknya mengembangkan program Temu Konsultasi Kewirausahaan Sosial di antaranya di Provinsi Sumatera Utara, Bali, dan DIY.
Acara itu diikuti oleh para calon, pelaku dan penggiat, serta akademisi yang bergerak di bidang kewirausahaan sosial.
Menurut Prakoso, program ini disusun sebagai bentuk dukungan pemerintah kepada para wirausaha sosial melalui dibentuknya Forum Konsultasi Kewirausahaan Sosial di beberapa wilayah.
"Melalui forum ini di samping sebagai bentuk dukungan dan layanan pemerintah dalam pembinaan dan pendampingan wirausaha sosial, juga diharapkan dapat menjadi wadah bagi wirausaha sosial untuk saling berinteraksi dan membangun jejaring antar anggota forum," katanya.
Forum itu sekaligus diharapkan berguna untuk menjembatani komunikasi dengan pemerintah selaku pembuat kebijakan guna penumbuhkembangan wirausaha sosial.
Muhamad Theo Zaenuri, seorang wirausaha sosial dari kota Malang misalnya, mengatakan wirausaha sosial berperan langsung dalam hal pemberdayaan masyarakat.
Theo sendiri fokus mengembangkan wirausaha sosial dalam bentuk produksi kaca mata berbahan dasar kayu dengan melibatkan para mantan pecandu narkoba sebagai tenaga kerja.
"Saya adalah mantan pecandu narkoba, dan saya lama berada di Kuta, Bali, itu sebabnya saya menjadi sangat concern terhadap mantan pecandu narkoba ini. Saya ingin mereka dapat bersosialisai tanpa beban cemooh dari masyarakat. Ini memang tidak mudah tetapi dengan kesungguhan saya bisa," katanya.
Theo didaulat sebagai motivator pada acara Temu Konsultasi Kewirausahaan sosial yang digelar oleh Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali dan UKM Centre FEUI di Hotel Aston Denpasar pada 28-29 April 2016.
Pada kesempatan itu, peserta yang hadir sebanyak 120 orang yang kemudian dibekali materi dengan fokus utama kewirausahaan sosial.
Mereka juga mendapatkan sejumlah materi penting lain yakni "logical framework" usaha sosial, mengenal bisnis model canvas, E-Commerce, dan diakhiri dengan pembentukan Forum Komunikasi Kewirausahaan Sosial regional III yang meliputi wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Rencananya temu konsultasi serupa akan dilaksanakan di Jakarta pada Juni 2016 dengan peserta dari perwakilan wilayah I, II, dan III.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Koperasi dan UKM Prakoso BS di Jakarta, Jumat mengatakan ke depan diharapkan lebih banyak tumbuh wirausaha sosial berbasis TI sebagai respon terhadap persoalan yang ada termasuk pengangguran dan kemiskinan.
"Perlu ada suatu program yang berdampak pada penyelesaian masalah sosial yang ada, dan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah sosial tersebut adalah kewirausahaan sosial, khususnya wirausaha sosial yang berbasis teknologi," katanya.
Ia berpendapat, wirausaha sosial potensial mampu mengambil peranan besar dalam mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.
Wirausaha sosial, kata dia, cenderung melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Hasil yang dicapai bukan keuntungan materi semata atau kepuasan pelanggan, tetapi lebih pada bagaimana gagasan yang diajukan oleh wirausaha sosial dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan memecahkan masalah sosial dengan teknologi," ujar Prakoso.
Oleh karena itu, sejak beberapa waktu lalu pihaknya mengembangkan program Temu Konsultasi Kewirausahaan Sosial di antaranya di Provinsi Sumatera Utara, Bali, dan DIY.
Acara itu diikuti oleh para calon, pelaku dan penggiat, serta akademisi yang bergerak di bidang kewirausahaan sosial.
Menurut Prakoso, program ini disusun sebagai bentuk dukungan pemerintah kepada para wirausaha sosial melalui dibentuknya Forum Konsultasi Kewirausahaan Sosial di beberapa wilayah.
"Melalui forum ini di samping sebagai bentuk dukungan dan layanan pemerintah dalam pembinaan dan pendampingan wirausaha sosial, juga diharapkan dapat menjadi wadah bagi wirausaha sosial untuk saling berinteraksi dan membangun jejaring antar anggota forum," katanya.
Forum itu sekaligus diharapkan berguna untuk menjembatani komunikasi dengan pemerintah selaku pembuat kebijakan guna penumbuhkembangan wirausaha sosial.
Muhamad Theo Zaenuri, seorang wirausaha sosial dari kota Malang misalnya, mengatakan wirausaha sosial berperan langsung dalam hal pemberdayaan masyarakat.
Theo sendiri fokus mengembangkan wirausaha sosial dalam bentuk produksi kaca mata berbahan dasar kayu dengan melibatkan para mantan pecandu narkoba sebagai tenaga kerja.
"Saya adalah mantan pecandu narkoba, dan saya lama berada di Kuta, Bali, itu sebabnya saya menjadi sangat concern terhadap mantan pecandu narkoba ini. Saya ingin mereka dapat bersosialisai tanpa beban cemooh dari masyarakat. Ini memang tidak mudah tetapi dengan kesungguhan saya bisa," katanya.
Theo didaulat sebagai motivator pada acara Temu Konsultasi Kewirausahaan sosial yang digelar oleh Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali dan UKM Centre FEUI di Hotel Aston Denpasar pada 28-29 April 2016.
Pada kesempatan itu, peserta yang hadir sebanyak 120 orang yang kemudian dibekali materi dengan fokus utama kewirausahaan sosial.
Mereka juga mendapatkan sejumlah materi penting lain yakni "logical framework" usaha sosial, mengenal bisnis model canvas, E-Commerce, dan diakhiri dengan pembentukan Forum Komunikasi Kewirausahaan Sosial regional III yang meliputi wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Rencananya temu konsultasi serupa akan dilaksanakan di Jakarta pada Juni 2016 dengan peserta dari perwakilan wilayah I, II, dan III.
Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: