Jakarta (ANTARA News) - Akhir April 2016, para mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Trilogi yang dipimpin oleh Melyana Tyas Anggraeni, sebagai Ketua HIMA Trilogi, dan Puput Pasandra Putri selaku Ketua Seminar, mengadakan Seminar Nasional sekaligus acara Trilogi Accounting Competition (3 Action) ketujuh di kampusnya di Jakarta.

Seminar Nasional yang dibuka oleh Rektor Universitas Trilogi, Prof Dr Ir Asep Saefuddin MSc, didampingi Pembina Perguruan Tingginya, Prof Dr Haryono Suyono, menghadirkan beberapa pembicara utama antara lain Ali Darwin Ak MSc, Eksekutif Direktur NCSR dan Drh Suhandri, Eksekutif Direktur APMMOI serta para ahli lainnya.

Seminar yang merupakan Seri ketujuh dari kegiatan para mahasiswa yang didukung penuh oleh dosennya itu telah menjadi kegiatan rutin yang sangat terkenal dan dihadiri oleh rekan-rekan mahasiswa dari perguruan tinggi lain serta para siswa dari beberapa SMA yang menaruh minat pada perguruan tinggi yang menyajikan kuliah tentang akuntansi dan gelar akademis dalam bidang akuntansi.

Dalam sambutan pembukaan Rektor Universitas Trilogi menjelaskan bahwa perguruan tingginya selalu mencari jalan untuk mengembangkan kerja sama dengan mitra kerjanya membangun pengertian yang makin mantap antara usaha memenuhi kebutuhan tenaga terdidik dengan kualitas yang dibutuhkan dunia usaha guna mengantar usahanya mencapai untung yang sebesar-besarnya.

Menurut Rektor, Seminar yang diadakan secara berkala itu memberi jalan yang saling menguntungkan di mana produsen tenaga terdidik perguruan tinggi secara dini bisa mengetahui apa yang dibutuhkan konsumen yang memerlukan tenaga berkualitas guna memenuhi kebutuhan yang diinginkan guna memajukan usahanya.

Seminar nasional ini sekaligus memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk mulai menjalin hubungan dengan klien perusahaan yang di masa depan akan menjadi tempat kerjanya. Hubungan yang lebih dini itu akan menjadikan kedua pihak saling mengerti dan bisa memenuhi berbagai keinginan dengan memuaskan. Seminar juga mengetengahkan berbagai sistem mutakhir yang berkembang dalam bidang akuntansi.

Sementara itu Pembina Trilogi mengharapkan agar Universitas Trilogi menghasilkan tenaga akuntansi yang mampu memberi penjelasan yang gamblang pada manajer yang tidak memiliki dasar akuntansi yang tinggi agar bisa mempergunakan laporan akuntan dengan baik guna mendorong kemajuan usahanya.

Lebih dari itu diharapkan agar dihasilkan tenaga dan sistem yang lebih sederhana agar adanya banyak usaha kecil dan menengah yang tidak mampu mempergunakan sistem yang sangat canggih, bisa tetap menghasilkan laporan akuntansi yang memenuhi syarat dan sekaligus mendorong kemajuan usaha kecil dan menengahnya maju pesat.

Dalam hubungan dengan usaha sangat kecil di pedesaan diharapkan dapat disajikan sistem dan tenaga bantuan agar usaha mikro yang sedang berkembang pesat di desa-desa akhirnya muncul sebagai usaha yang pantas dibantu dengan modal yang lebih besar karena memiliki laporan akuntansi yang baik dan memenuhi syarat standar yang diharuskan.

Pembicara pertama yang berasal dari perusahaan yang memiliki sejarah panjang dengan pelaporan akuntansi yang canggih menyatakan bahwa pada prinsipnya upaya pembukuan akuntansi adalah bagaimana memberikan pelaporan yang akurat tentang proses transaksi suatu usaha sehingga dapat diketahui dengan pasti untung dan ruginya sesuatu usaha.

Secara rinci digambarkan suatu proses dan prosedur akuntansi yang menghasilkan pelaporan terpadu dan memberikan gambaran proses yang terjadi dalam suatu usaha yang dianggap berhasil.

Pembicaraan kedua yang menarik disampaikan oleh Ali Darwis Ak MSc, yang tidak lazim dalam suatu Seminar tentang masalah akuntansi memulai uraiannya bukan dari neraca laba rugi, tetapi mengupas masalah dahsyat yang menimpa lingkungan, polusi dan kebutuhan oksigen yang makin langka, pembabatan hutan dan segala masalah yang menimpa dunia karena perubahan musim, seakan pembicara adalah seorang ahli lingkungan yang bicara tentang tantangan kerusakan lingkungan yang terjadi dewasa ini karena ulah manusia.

Pembicara juga bicara masalah udara yang banyak dirusak oleh polusi karena ulah manusia. Pembicara seakan memberi kuliah tentang masalah lingkungan yang makin tidak nyaman buat umat manusia.

Rupanya pembicaraan ini mengantar gagasan yang berkembang dewasa ini dan baru saja pada akhir bulan September lalu diputuskan oleh PBB, yaitu gerakan baru pengganti Pembangunan Abad Millennium dengan Pembangunan Global Berkelanjutan atau Sustainable Development yang mengarah dan mengharuskan suatu perusahaan memperhatikan dan ikut memberikan pelaporan yang akurat tentang kiprahnya dalam pemberian perhatian terhadap penyelesaian masalah lingkungan dan masalah sosial lainnya.

Secara panjang lebar diakui bahwa perhatian terhadap masalah lingkungan dewasa ini di Indonesia belum banyak tetapi dalam kancah dunia makin berkembang pesat.

Secara jelas digambarkan bahwa sustainable bukan sekadar keberlangsungan usaha akan terjamin karena untung dan rugi dalam lingkungan perusahaan saja, tetapi diperlukan adanya perhatian terhadap pembangunan yang sama baiknya untuk anak cucu seperti dikehendaki oleh PBB dalam konsep Pembangunan Berkelanjutan untuk lima belas tahun mendatang.

Suatu perusahaan dituntut ikut memberi perhatian pada upaya ikut mengatasi dan utamanya menjaga agar kekayaan alam semesta dimasukkan dalam biaya perusahaannya dan dilaporkan dalam suatu "Integrated Sustainable Accounting System" yang merupakan aliran baru yang mulai tumbuh subur di dunia internasional.

Apabila gerakan dunia hijau, "green community movement" perlu mendapatkan dukungan dari dunia usaha yang makin tinggi, maka gerakan ini harus dengan gigih ikut memperjuangkan sistem akuntansi terpadu yang menganut "sustainable development" tersebut, karena dengan sistem itu setiap dunia usaha harus mencantumkan dana yang cukup memadai untuk ikut membantu mempertahankan lingkungan dan kekayaan hayati alam semesta.

Dukungan dana yang biasanya sulit didapat bagi upaya yang kelihatannya tidak langsung menghasilkan buat perusahaan, sesungguhnya akan melestarikan kekayaan hayati dan sumber daya lokal bagi anak cucu kelak untuk membangun demi kesejahteraan umat manusia di masa depan.

Gerakan go green untuk negara berkembang seperti Indonesia sesungguhnya tidak saja memperhatikan lingkungan yang perlu diikuti dukungan pembiayaan dari dunia usaha, tetapi juga diperlukan adanya penguatan unsur-unsur modal sosial dan modal budaya yang perhatian pemerintahnya masih relatif rendah.

Karena itu diperlukan perhatian para pengusaha yang perlu melihat bahwa akuntansi perlu memperhatikan tidak saja modal financial, yang pada umumnya selalu menjadi titik perhatian.

Mulai sekarang setiap perusahaan harus melihatnya dari nilai komprehensif yang makin luas. Setiap usaha harus melihatnya dari kelestarian lingkungan, sumber daya alam dan kearifan budaya lokal serta akhirnya modal financial yang masing-masing memiliki peran yang sangat tinggi.



*) Penulis adalah mantan Menko Kesra dan Taskin RI pada Kabinet Reformasi Pembangunan dan mantan Kepala BKKBN di era Presiden Soeharto