Jurnalis Kalimantan dituntut paham cara membaca data lingkungan
4 Mei 2016 15:52 WIB
Salah satu aktivitas WWF di Indonesia adalah pemantauan keberadaan badak jawa (Rhinoceros sondaicus), di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Foto menunjukkan jejak tapak badak jawa yang diperkirakan berusia dua minggu, dan ditemukan di Blok Cidaon, di dalam dona Inti kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. (ANTARA FOTO/Virna Setyorini)
Palangka Raya, Kalimantan Tengah (ANTARA News) - Jurnalis media cetak maupun elektronik di Pulau Kalimantan pada masa sekarang ini dituntut bisa memahami dalam membaca data, khususnya berkaitan dengan lingkungan dan keragaman hayati agar berita yang disajikan semakin kaya dan mendidik masyarakat pembaca.
"Seiring berjalannya waktu berita-berita berkaitan dengan lingkungan maupun keragaman hayati semakin diminati masyarakat sehingga berbagai data yang sering diberikan kepada jurnalis harus bisa dipahami," kata Program Manager WWF Indonesia provinsi Kalimantan Barat, Albertus Tjiu, di Palangka Raya, Rabu.
"Ini yang mendasari WWF bersama Aliansi Jurnalis Indonesia Pontianak mengadakan lokakarya data lingkungan dan keragaman hayati. Kita mengundang seluruh jurnalis yang ada di Kalimantan mengikuti kegiatan ini, karena isu lingkungan sering menjadi bahan pemberitaan," kata alumnus Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat, itu.
Lokakarya data lingkungan dan keragaman hayati telah dilaksanakan, Sabtu (30/4) hingga Minggu (1/5). Kegiatan ini diikuti 26 jurnalis, yang terdiri dari 15 jurnalis Kalimantan Barat, tiga jurnalis Kalimantan Tengah, tiga jurnalis Kalimantan Utara, dan lima jurnalis Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan tidak ada yang mewakili karena tidak ada area kerja WWF.
Tjiu mengatakan dengan mengikuti lokakarya data lingkungan, para jurnalis diharapkan dapat menyajikan berita melalui infografis berupa tablue maupun piktochart, sehingga lebih menarik minat masyarakat untuk membacanya.
"Peningkatan kapasitas di bidang desain grafis ini dapat dijadikan peluang karir baru bagi para jurnalis ketika sudah jenuh dan lelah dengan tugas lapangan yang terlalu banyak menguras tenaga. Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini," kata dia.
Sementara itu Redaktur Pelaksana Tempo, Wahyu Dhyatmika, mengatakan, dalam jurnalisme data terbuka sangat penting untuk mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan, yaitu mendapatkan data spasial melalui internet, menganalisis data spasial (pembersihan data, penggunaan perangkat lunak yang mudah dibaca), dan cara publikasi data spasial (infografik, portal spasial).
"Seiring berjalannya waktu berita-berita berkaitan dengan lingkungan maupun keragaman hayati semakin diminati masyarakat sehingga berbagai data yang sering diberikan kepada jurnalis harus bisa dipahami," kata Program Manager WWF Indonesia provinsi Kalimantan Barat, Albertus Tjiu, di Palangka Raya, Rabu.
"Ini yang mendasari WWF bersama Aliansi Jurnalis Indonesia Pontianak mengadakan lokakarya data lingkungan dan keragaman hayati. Kita mengundang seluruh jurnalis yang ada di Kalimantan mengikuti kegiatan ini, karena isu lingkungan sering menjadi bahan pemberitaan," kata alumnus Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat, itu.
Lokakarya data lingkungan dan keragaman hayati telah dilaksanakan, Sabtu (30/4) hingga Minggu (1/5). Kegiatan ini diikuti 26 jurnalis, yang terdiri dari 15 jurnalis Kalimantan Barat, tiga jurnalis Kalimantan Tengah, tiga jurnalis Kalimantan Utara, dan lima jurnalis Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan tidak ada yang mewakili karena tidak ada area kerja WWF.
Tjiu mengatakan dengan mengikuti lokakarya data lingkungan, para jurnalis diharapkan dapat menyajikan berita melalui infografis berupa tablue maupun piktochart, sehingga lebih menarik minat masyarakat untuk membacanya.
"Peningkatan kapasitas di bidang desain grafis ini dapat dijadikan peluang karir baru bagi para jurnalis ketika sudah jenuh dan lelah dengan tugas lapangan yang terlalu banyak menguras tenaga. Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini," kata dia.
Sementara itu Redaktur Pelaksana Tempo, Wahyu Dhyatmika, mengatakan, dalam jurnalisme data terbuka sangat penting untuk mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan, yaitu mendapatkan data spasial melalui internet, menganalisis data spasial (pembersihan data, penggunaan perangkat lunak yang mudah dibaca), dan cara publikasi data spasial (infografik, portal spasial).
Pewarta: Jaya Manurung
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: