Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli meminta ada kajian penggunaan pulau hasil proyek reklamasi sehingga tidak menjadi benteng pemisah antara warga miskin dan kaum kaya.
"Harus ada review penggunaan pulau. Saya tidak ingin di Indonesia ada benteng fisik dan non fisik. Artinya cuma orang kaya yang tinggal, orang miskin digusur ke mana," kata Rizal seusai meninjau Pulau D proyek reklamasi Teluk Jakarta, Rabu.
Ia mencontohkan kondisi yang terjadi negara-negara Amerika Latin di mana kalangan atas takut kepada orang-orang miskin.
"Rumahnya pakai benteng, ke mana-mana naik mobil antipeluru, tank, karena takut dengan orang miskin," ujar Rizal.
Menurut dia, apa yang dilakukan di Singapura lebih patut dicontoh karena pemerintah setempat mengatur integrasi sosial warganya, mulai dari kelas sosial hingga ras.
"Jadi ada berbagai strata, sehingga ada integrasi sosial di lingkungan. Kami tidak ingin ada benteng antara orang kaya dan orang miskin," katanya.
Menurut dia, ada tiga kepentingan yang harus diperhatikan dalam proyek reklamasi.
Pertama, kepentingan negara yang menginginkan dampak terhadap lingkungan seminimal mungkin. Kedua, kepentingan rakyat dan publik, termasuk nelayan. Ketiga, kepentingan bisnis dan komersial.
"Seperti yang dikatakan Presiden, tidak bagus kalau reklamasi dikendalikan swasta. Negara yang menentukan aturan dan UU-nya, pengembang harus melaksanakan. Kalau tidak, mau jadi apa negara kita kalau diatur swasta? Tugas kami, bagaimana ketiga kepentingan ini bisa dioptimalkan," ujar Rizal.
Pemerintah tak mau reklamasi ciptakan benteng pemisah sosial
4 Mei 2016 14:21 WIB
Menko Maritim dan Sumberdaya Rizal Ramli (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016
Tags: