Jakarta (ANTARA News) - Kemenangan Donald J. Trump pada pemilihan pendahuluan di negara bagian Indiana, Selasa waktu AS, membuatnya semakin dekat untuk memenangkan pencalonan presiden dari partai ini dan sekaligus memukul Senator Ted Cruz dan kubur Republik yang ingin menghentikannya.

Cruz sangat berharap menang di Indiana demi menjegal Trump mendapatkan syarat minimal delagasi yang diperlukan menang sebelum partai ini menggelar konvensi Juli mendatang.

Namun Trump, setelah menumbangkan lawan-lawannya di lima negara bagian Northeast pekan lalu, justru memimpin di Indiana yang memiliki jatah 57 delegasi. Kemenangan Trump membuatnya berada pada posisi terdepan untuk nominasi 7 Juni ketika pemilu pendahuluan Republik terakhir diadakan.

Kemenangan Trump adalah momen luar biasa dalam sejarah politik Amerika Serika. Dia berada di jalur menjadi pendobrak kemapanan atau pembawa standard baru partai karena bisa menjadi calon presiden pertama yang tidak berpengalaman di jalur birokrat dan partai sejak Dwight D. Eisenhower, jenderal bintang lima dan panglima Pasukan Sekutu di Eropa pada Perang Dunia II.

Trump, konglomerat real estate yang berubah menjadi selebriti reality-show televisi, tidak pernah terdaftar sebagai anggota Partai Republik sampai April 2012.

Dia pernah memberikan ratusan ribu dolar AS untuk Partai Demokrat, termasuk kemungkinan calon lawannya pada Pemilu AS tahun ini, Hillary Clinton.

Dan dalam beberapa masa kehidupannya, dia mengambil posisi yang antitesis dari pandangan ortodoks Republik pada hampir semua isu konservatif, termasuk aborsi, pajak dan pengawasan senjata.

Namun itu semua tidak bisa menghentikannya.

Berkat kemampuannya berbicara kepada para pemilih yang tengah gelisah, dan kelihaiannya memanfatkan selebriti, dia bisa menumbangkan para politisi veteran di partai ini hingga disebut sebagai calon terkuat selama tiga dekade terakhir.

Uniknya lagi dia melakukan itu dengan membelanjakan uang yang jauh lebih sedikit ketimbang yang dikeluarkan sebagian besar lawannya dan hanya diperkuat oleh staf kecil kampanyanye.

"Sungguh luar biasa Trump akan menjadi calon presiden untuk G.O.P. (Grand Old Party, julukan Partai Republik) tahun ini, siapa yang menyangka itu bakal terjadi?” kata Dewey M. Clayton, profesor ilmu politik pada Universitas Louisville.

"Dia memanfaatkan suasana hati banyak pemilih yang tidak puas yang menyukai keberhasilan bisnis dan cara berbicaranya yang terus terang. Dia pembangkang, dan banyak pemilih yang menyukai ini," kata Clayton seperti dikutip laman New York Times.