Menlu : pembebasan sandera libatkan jaringan informal
1 Mei 2016 23:46 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (keempat kanan) didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kedua kanan) menerima kedatangan sejumlah anak buah kapal (ABK) berwarganegaraan Indonesia saat tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (1/5/2016). Sepuluh ABK Indonesia yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf telah berhasil bebas dan tiba di Indonesia. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan pembebasan sandera dari Kelompok Bersenjata Abu Sayyaf melibatkan jaringan-jaringan informal bukan hanya antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Filipina.
"Upaya pembebasan ini melibatkan banyak pihak, bukan hanya diplomasi antara government to government, tetapi juga melibatkan jaringan informal," kata Menlu Retno, di Jakarta, Minggu.
Retno mengatakan saat ini 10 warga Indonesia yang telah dibebaskan dari penyanderaan kelompok Abu Sayyaf tersebut tengah berada di pesawat dari Filipina menuju Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.
"Kami mengupayakan keselamatan 10 sandera yang sudah dibebaskan ini," katanya lagi.
Kelompok Abu Sayyaf telah menawan 14 sandera WNI sejak 23 Maret 2016 lalu, dan akhirnya penyanderaan tersebut bisa diakhiri dengan pendekatan serta dialog, namun empat lainnya masih tertawan.
Selain itu, masih ada 13 sandera lainnya dari sejumlah negara, di antaranya empat warga Malaysia, Jepang, Belanda, Kanada, Norwegia, dan Filipina.
Kelompok bersenjata yang dikenal brutal tersebut sebelumnya meminta tebusan sebesar Rp14,3 miliar kepada Pemerintah Indonesia untuk pembebasan sandera WNI tersebut.
"Upaya pembebasan ini melibatkan banyak pihak, bukan hanya diplomasi antara government to government, tetapi juga melibatkan jaringan informal," kata Menlu Retno, di Jakarta, Minggu.
Retno mengatakan saat ini 10 warga Indonesia yang telah dibebaskan dari penyanderaan kelompok Abu Sayyaf tersebut tengah berada di pesawat dari Filipina menuju Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.
"Kami mengupayakan keselamatan 10 sandera yang sudah dibebaskan ini," katanya lagi.
Kelompok Abu Sayyaf telah menawan 14 sandera WNI sejak 23 Maret 2016 lalu, dan akhirnya penyanderaan tersebut bisa diakhiri dengan pendekatan serta dialog, namun empat lainnya masih tertawan.
Selain itu, masih ada 13 sandera lainnya dari sejumlah negara, di antaranya empat warga Malaysia, Jepang, Belanda, Kanada, Norwegia, dan Filipina.
Kelompok bersenjata yang dikenal brutal tersebut sebelumnya meminta tebusan sebesar Rp14,3 miliar kepada Pemerintah Indonesia untuk pembebasan sandera WNI tersebut.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016
Tags: