"Ketika hari ini saya ada waktu luang, juga mampir ke galeri furnitur di Kemang. Nggak hanya melihat produk, tapi juga ngobrol. Saya jadi lebih tahu, belajar banyak dan menyemangati Pak Marcel," ujar dia, melalui siaran pers di Jakarta, Minggu.
Saleh menyampaikan, pelaku usaha seperti yang ia temui di Kemang tersebut semakin menjamur di Indonesia, di mana pendekatan merek dan desain menjadi andalan mereka, termasuk meramu desain etnik dengan modern.
"Ini membuktikan craftsmanship kita diakui dan pekerja kreatif terus mengalami regenerasi. Pelaku usaha juga turut merawat budaya dan bahkan mengembangkannya," ujar dia.
Marcel mendirikan Box Living, nama komersial untuk perusahaan yang didirikan pada 1997, PT Generasi Produk Indonesia. Aneka produk furnitur dihasilkan di pabriknya di Semarang.
"Karyawan kami 800 orang, belum termasuk tenaga kerja dari workshop rekanan tempat kami memesan produk dengan desain dan perlakuan khusus," katanya Marcel.
Menurutnya, perusahan dan tenaga kerja Indonesia bahkan memiliki keunggulan dibanding negara lain.
Maya Basyroel, istri Marcel mengungkapkan, pengalaman berinteraksi dengan pembeli dan pengguna akhir furnitur dari penjuru dunia menguatkan keyakinan mereka akan nilai lebih produk Indonesia.
"Indonesia menjadi tempat produksi dan tempat kreatif menciptakan furnitur. Negara lain, bisa jadi hanya menjadi lokasi produksi dengan desain pesanan," ujar Maya.
Menurut Maya, ada sesuatu yang berbeda, dan ia berani menyebut bahwa Indonesia punya DNA kreatif di tiap produknya.
"Jika negara lain canggih dalam permesinan furnitur, kita punya dua yaitu mesin tak kalah canggih dan SDM unggul," ulas Maya.
Box Living, tambahnya, juga memadukan desain tradisional dengan modern, seperti anyaman dan ukiran. Pendekatan kontemporer itu mengantarkan perusahaan mengekspor ke 26 negara antara lain AS, Inggris, Spanyol, Prancis, Meksiko, Brasil, Afrika Selatan, Selandia Baru, dan negara Asia seperti Thailand serta China.