Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah buruh dalam aksi memperingati hari buruh internasional di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Minggu mengeluhkan susah menikah karena gaji rendah.

Soleh, buruh yang bekerja di salah satu pabrik otomotif di Cikarang mengatakan untuk berumah tangga, gaji yang diterimanya kini belum cukup sehingga tidak diperbolehkan menikah oleh orang tuanya.

"Gaji sekarang belum cukup. Untuk kontrakan 500 ribu per bulan. Minimal tunjangan lah yang harus ditingkatkan," ujar dia.

Ia berharap tuntutan buruh didengarkan oleh pemerintah sehingga gajinya bertambah dan dapat segera menikah.

Senada, buruh asal Cirebon Fauziah mengatakan ia mulai gundah karena tidak disetujui calon mertuanya untuk menikah dengan kekasihnya lantaran gajinya dan pacar sama-sama kecil.

Dalam sebulan, upah yang diterimanya sebesar Rp3,5 juta. Menurut dia, gaji sebesar itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dikirim ke orang tuanya di kampung halaman.

"Ikut demo dari hati nurani. Kami berdua tidak direstui, alasannya gaji dinilai tak cukup untuk menikah. Uang yang dikirim ke kampung cuma separuh, itu juga sudah susah membagi-bagi," kata dia.

Ia membawa spanduk bertuliskan "Gak direstuin sama orangtuanya, gara-gara gaji pas-pasan #SaveBujangAkut #Tolak Upah Murah" dalam unjuk rasa itu.

Sementara Heri berkilah gaji rendah membuatnya susah mencari kekasih untuk diajak ke pelaminan.

"Pacaran butuh uang, harus nraktir, jemput beli bensin, kalau gaji masih Rp3 jutaan hanya cukup kebutuhan sehari-hari sama kasih ke orang tua aja," ujar dia.

Sebanyak 100 ribu buruh dari berbagai serikat di Jabodetabek melakukan unjuk rasa dan long march di bundaran patung kuda dan depan Istana Merdeka, selanjutnya mereka akan berkumpul di Stadion Utama Gelora Bung Karno merayakan puncak Hari Buruh Internasional.