“Proses lancar semua, alhamdulillah!,” terang pria yang akrab disapa Dimyathi ini melalui pesan singkat yang diterima Pinmas, Minggu (01/05) pagi. Hj Culan merupakan salah satu korban musibah Mina pada penyelenggaraan haji 2015.
Ahmad Dumyathi, dalam keterangan tertulis Kemenag, mengatakan, proses evakuasi dilakukan dari RS Garda Nusantara Jeddah.
Hj Culan diantar dengan ambulans menuju Bandar Internasional King Abdul Aziz dengan didampingi dua paramedis laki-laki dan satu perempuan pada pukul 20.13 waktu Arab Saudi (WAS). Kurang lebih setengah jam perjalanan, ambulans pengantar Hj Culan yang disupiri oleh Ahmad Alharbi ini tiba di bandara pukul 20.56 WAS.
Ikut mengantar Hj Culan menuju bandara, beberapa pihak dari KUHI-KJRI, antara lain: Acting Konjen Dicky Yunus, Pejabat Fungsi Konsuler 2 (PFK 2) Ahmad Saifuddin, PFK 3 Ahmad Fadly, Staf Teknis Haji 1 (STH 1) Ahmad Dumyathi Bashori, STH 2 Arsyad Hidayat, STH 3 Ahmad Jauhari, Staf Pensosbud KJRI Fauzi Husni, Staf KUHI penanganan jamaah sakit, Muh. Syafii
“Kita yang mengantar tidak diperkenankan masuk area bandara sehingga hanya bisa mengantar di ruang keberangkatan khusus pesawat pribadi,” terang Dimyathi.
“Hj Culan boarding pesawat pada jam 21:45 WAS dengan didampingi dua pendamping, Nikmat dan Zuher. Pesawat pangantar Hj. Culan terbang pukul 22:00 WAS,” tambahnya.
Setelah menjalani perawatan selama 7 bulan di RS Saudi Arabia, Hj. Culan Kasim akhirnya dipulangkan ke Tanah Air.
Jamaah haji dengan No. paspor A 1568658 ini diterbangkan dengan fasilitas Medevac (Aeromedical Evacuation) Sabtu (30/04) malam, pukul 22:00 waktu Saudi dari Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah dan diperkirakan akan tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Minggu (01/05) pukul 12:00 WIB dan akan disambut oleh Menteri Kesehatan RI.
Menurut Dimyathi, pemulangan Hj. Culan dengan pesawat khusus cukup istimewa. Sebab, proses yang dilakukan hanya memakan waktu lebih kurang 5 minggu saja, dan ini merupakan kali pertama dalam sejarah perhajian Indonesia. Maklum, biaya pemulangan Jemaah sakit dengan ventilator tidak murah dan ditaksir menelan biaya di atas Rp2 milyar.
“Usaha pemulangan jemaah sakit yang memerlukan fasilitas berulang kali diusahakan oleh KUHI namun hal itu tidak dapat dilakukan mengingat tidak ada maskapai regular yang siap dengan ventilator. Hanya Medevac yang menyediakan hal demikian,” terang Dimyathi.
Hj. Culan harus dipulangkan dengan Medevac karena yang bersangkutan adalah pasien heat stroke yang kondisinya masih menggunakan alat bantu pernapasan (ventilator). Meski kondisinya sudah stabil, namun Hj. Culan tidak bisa dipulangkan dengan pesawat biasa. “Dia harus dipulangkan dengan medevac dan itu biayanya sangat mahal,” jelasnya.
Proses evakuasi Hj Culan Kasim. (Foto: Humas Kemenag)