Indonesia harus optimalkan pasar Hong Kong
30 April 2016 19:41 WIB
Para pengunjung melihat berbagai produk kerajinan buatan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia yang dipajang di stan paviliun Rumah Indonesia pada Hong Kong Gifts and Premium Fair 2016 di Hong Kong Convention and Exhibition Centre, Rabu (21/4/2016). Sebanyak 26 perajin UKM Indonesia ikut serta dalam pameran yang berlangsung 27-30 April 2016. (ANTARA FOTO/Faisal Yunianto)
Hong Kong (ANTARA News) - Indonesia harus memanfaatkan pasar Hong Kong untuk menggenjot ekspor ke Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya mengingat posisi strategis wilayah administratif khusus tersebut sebagai pintu masuk (hub) ke pasar dunia.
"Sebagai daerah otonomi, Hong Kong menjadi pintu masuk untuk memasarkan produk dalam negeri di Tiongkok (Cina), Jepang, Korea Selatan, dan Eropa," kata Konsul Jenderal RI untuk Hong Kong Chalief Akbar saat menghadiri pameran produk kerajinan Gifts and Premium Fair 2016 di Hong Kong, Sabtu.
Bagi Hong Kong, lanjut Chalief, produk kerajinan Indonesia sudah cukup dikenal, terutama perhiasan, dekorasi rumah, fesyen, aksesori, produk perhiasan perak, dan batu-batuan. Relatif banyak pembeli (buyer) di Hong Kong rutin melakukan pembelian setiap tahunnya.
Menurut dia, Hong Kong rutin menyelenggarakan pameran dagang dunia dan pengunjungnya selalu penuh. Di seluruh Hong Kong digelar sekitar 300 pameran rutin setiap tahun dengan 25 di antaranya merupakan pameran besar, seperti fesyen week dan pameran perhiasan.
Selain itu, yang relatif cukup menonjol adalah karakteristik "buyer" yang banyak di antara mereka adalah eksportir dan importir yang berkantor di Hong Kong. Mereka akan melihat terlebih dahulu produk-produk yang dipamerkan, meminta contoh produknya, membandingkan, dan baru memutuskan untuk memesan barangnya.
Oleh karena itu, kata Chalief, soal kualitas menjadi faktor utama yang perlu menjadi perhatian produk Indonesia untuk masuk pasar Hong Kong. Di samping, kontinuitas dan kemasan yang juga perlu mendapat perhatian utama eksportir dalam negeri.
Atase Perdagangan RI di Hong Kong Natan Kambuno menambahkan bahwa pasar Hong Kong sangat selektif dalam memilih produk. Produk ekspor yang akan masuk ke Hong Kong harus bisa mengikuti tren perkembangan mode terkini, khususnya perhiasan dan fesyen.
"Model produk yang dijual harus berbeda setiap tahunnya. Makanya, peran para desainer sangat penting untuk membantu pelaku UKM membuat produk yang berdaya saing ekspor," katanya.
Pada tahun 2015, total perdagangan RI dan Hong Kong mencapai 5,04 miliar dolar AS (sekitar Rp65 triliun). Namun, pangsa pasar ekspor RI di Hong Kong, menurut Natan, sangat kecil, yakni sekitar 0,5 persen dari total nilai perdagangan luar negeri Hong Kong.
Hampir 55 persen perdagangan Hong Kong dilakukan dengan Tiongkok. Indonesia adalah mitra dagang terbesar ke-23 Hong Kong.
"Posisi Indonesia sebagai mitra dagang Hong Kong masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia," katanya.
"Sebagai daerah otonomi, Hong Kong menjadi pintu masuk untuk memasarkan produk dalam negeri di Tiongkok (Cina), Jepang, Korea Selatan, dan Eropa," kata Konsul Jenderal RI untuk Hong Kong Chalief Akbar saat menghadiri pameran produk kerajinan Gifts and Premium Fair 2016 di Hong Kong, Sabtu.
Bagi Hong Kong, lanjut Chalief, produk kerajinan Indonesia sudah cukup dikenal, terutama perhiasan, dekorasi rumah, fesyen, aksesori, produk perhiasan perak, dan batu-batuan. Relatif banyak pembeli (buyer) di Hong Kong rutin melakukan pembelian setiap tahunnya.
Menurut dia, Hong Kong rutin menyelenggarakan pameran dagang dunia dan pengunjungnya selalu penuh. Di seluruh Hong Kong digelar sekitar 300 pameran rutin setiap tahun dengan 25 di antaranya merupakan pameran besar, seperti fesyen week dan pameran perhiasan.
Selain itu, yang relatif cukup menonjol adalah karakteristik "buyer" yang banyak di antara mereka adalah eksportir dan importir yang berkantor di Hong Kong. Mereka akan melihat terlebih dahulu produk-produk yang dipamerkan, meminta contoh produknya, membandingkan, dan baru memutuskan untuk memesan barangnya.
Oleh karena itu, kata Chalief, soal kualitas menjadi faktor utama yang perlu menjadi perhatian produk Indonesia untuk masuk pasar Hong Kong. Di samping, kontinuitas dan kemasan yang juga perlu mendapat perhatian utama eksportir dalam negeri.
Atase Perdagangan RI di Hong Kong Natan Kambuno menambahkan bahwa pasar Hong Kong sangat selektif dalam memilih produk. Produk ekspor yang akan masuk ke Hong Kong harus bisa mengikuti tren perkembangan mode terkini, khususnya perhiasan dan fesyen.
"Model produk yang dijual harus berbeda setiap tahunnya. Makanya, peran para desainer sangat penting untuk membantu pelaku UKM membuat produk yang berdaya saing ekspor," katanya.
Pada tahun 2015, total perdagangan RI dan Hong Kong mencapai 5,04 miliar dolar AS (sekitar Rp65 triliun). Namun, pangsa pasar ekspor RI di Hong Kong, menurut Natan, sangat kecil, yakni sekitar 0,5 persen dari total nilai perdagangan luar negeri Hong Kong.
Hampir 55 persen perdagangan Hong Kong dilakukan dengan Tiongkok. Indonesia adalah mitra dagang terbesar ke-23 Hong Kong.
"Posisi Indonesia sebagai mitra dagang Hong Kong masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia," katanya.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: