Denpasar (ANTARA News) - Membanjirnya warga Timor Leste ke Bali pasca-kerusuhan yang muncul di negeri tetangga itu perlu diwaspadai oleh semua pihak, kata Ketua Perhimpunan Masyarakat Eks Timor Timur (Timtim), Matius Maya, di Denpasar. "Orang-orang yang umumnya masih menaruh dendam terhadap Indonesia itu, tidak menutup kemungkinan dapat menjadi sumber konflik di Bali," ujarnya, Selasa. Di hadapan peserta pertemuan antara Kapolda Bali, Irjen Pol Paulus Purwoko, dengan anggota Polisi Kehormatan (PK) Bali, Matius yang juga anggota PK, menyebutkan, selain perlu diwaspadai, kehadiran warga Timor Leste di Pulau Dewata perlu dibatasi. Matius yang juga mantan Walikota Dilli itu mengaku tahu persis dengan karakter orang-orang Timor Leste yang pendendam dan suka membuat keonaran. "Kita khawatir, orang-orang itu setelah bergerombol di Bali, kembali akan membuat kekacauan. Karenanya, kehadirannya perlu dibatasi, bahkan dilarang sama sekali," ujarnya geram. Matius menyebutkan, penutupan daerah perbatasan RI-Timor Leste di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), dimaksudkan untuk mencegah masuknya warga negara tetangga itu ke wilayah NTT. "Namun, ironisnya, di perbatasan dicegah, sementara lewat Bandara Ngurah Rai Bali, sama sekali tidak ada pembatasan bagi kehadiran warga pendatang itu," ucapnya. Bahkan, kata Matius, dari ratusan pendatang yang tiba di Pulau Dewata pascakerusuhan di Timor Leste, beberapa diantaranya hadir secara ilegal. "Kenapa ini sampai terjadi? Ini perlu perhatian serius dari aparat keamanan," ujarnya. Menyikapi pernyataan Matius tersebut, Irjen Pol Paulus Purwoko mengatakan bahwa pihaknya akan membicarakan masalah itu dengan instansi terkait, termasuk dengan kalangan tokoh masyarakat yang ada di Pulau Dewata. "Melalui koordinasi tersebut senantiasa dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk pemecahannya," ucapnya. Pertemuan tersebut dihadiri sekitar 75 anggota PK di Bali, yang beberapa di antaranya adalah warga negara asing yang sedang bertugas di Pulau Dewata. (*)