Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak menjadi Rp13.188 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.202.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan keputusan bank sentral AS dalam komite pasar terbuka Federal (FOMC) untuk mempertahankan suku bunga acuan (Fed fund rate) di 0,25-0,50 persen membuat aset mata uang di negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia kembali diminati investor.

"Dolar AS serta imbal hasil US Treasury sama-sama turun merespons keputusan The Fed, dolar AS akan melemah di perdagangan Asia," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang stabil di atas level 40 dolar AS per barel menambah sentimen positif bagi mata uang komoditas, salah satunya rupiah.

Harga minyak mentah jenis WTI crude pada Kamis (28/4) pagi ini berada di level 45,18 dolar AS per barel, sedangkan jenis brent crude di posisi 46,98 dolar AS.

Kendati demikian, menurut dia, pelemahan dolar AS itu masih relatif terbatas atau bersifat jangka pendek mengingat The Fed juga menyatakan kenaikan suku bunga yang bertahap seraya menanti konfirmasi data ekonomi.

"Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal I 2016 akan dirilis pada pekan ini," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, fokus akan mengarah ke pengumuman kebijakan ekonomi pemerintah serta angka inflasi April 2016 yang sedianya akan dirilis pada awal pekan depan, diperkirakan inflasi mencapai 3,73 persen secara tahunan.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan harga minyak mentah dunia yang berada dalam area positif seiring dengan penilaian adanya penurunan pada persediaan cadangan minyak Amerika Serikat.

"Tren harga minyak yang positif memberikan kesempatan kembali pada rupiah untuk tetap bergerak menguat," kata dia.