Jakarta (ANTARA News) - Indonesia kehilangan ahli hadist setelah mantan imam besar Mesjid Istiqlal, K.H. Ali Mustafa Ya'qub, wafat hari ini.

Pengasuh Pesantren Darussunnah, Ciputat, Tangerang Selatan ini wafat pada pukul 06.00 WIB di Rumah Sakit Hermina, Ciputat. Semasa bertugas sebagai imam besar Masjid Istiqlal, Ya'qub dikenal sebagai orang yang tegas, namun tetap sesuai dengan aturan.

Pada 13 Maret 2015, ahli hadits dan intelektual muslim kaliber internasional yang pernah memandu Presiden Barack Obama ke dalam Mesjid Istiqlal itu menyampaikan ciutan terakhir di Twitter.

Pada posting berisi 30 poinnya itu, Ya'qub membahas terorisme dan ISIS atau NISS dalam judul "NIIS, Khawarij, dan Terorisme"

Beberapa dari 30 cuitan terakhir mendiang ulama besar ini adalah saat dia bertemu dengan para senator Amerika Serikat yang menanyainya soal ISIS dan Islam.

"Ketika kami menerima empat senator AS di Masjid Istiqlal dan mereka menanyakan tentang ISIS/NIIS kami jawab bahwa NIIS bukanlah gerakan Islam," tulis Ya'qub dalam akun Twitternya itu.

Dia melanjutkan, "ISIS tidak pernah lahir dari rahim umat Islam. Hal itu karena ISIS karakter dan perilakunya sangat jauh bertentangan dengan ajaran Islam."

"Oleh karena itu mengaitkan ISIS dengan agama Islam akan melahirkan kesimpulan yang salah karena Islam adalah ajaran yang tertulis dalam Alquran dan Hadist."

Mengenai terorisme, Ya'qub mencuit, "Setiap perbuatan terorisme dan radikalisme haruslah dipahami sebagai kriminalisasi yang dilakukan oleh seseorang yang boleh jadi menganut agama tertentu."

Ya'qub juga menilai bahwa terorisme, "dapat lahir dari ketidakadilan, didesain dan dipelihara pihak-pihak tertentu untuk kepentingan tertentu".

"Terorisme juga dapat lahir karena kebodohan dalam memahami agama," kata Ya'qub dalam cuitan terakhirnya pada akun Twitternya, @AliMustafaYaqub.