PT Angkasa Pura II genjot jasa "non-aero" 50 persen pada 2017
21 April 2016 17:19 WIB
Dokumentasi pekerja melintas di ruang keberangkatan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (27/1). Terminal seluas 422.804,40 meter persegi yang pembangunannya sudah mencapai 93 persen nantinya akan mampu menampung 25 juta pemakai jasa penerbangan setahun dan direncanakan beroperasi pada Mei 2016. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)
Jakarta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura II (Persero) menargetkan mulai 2017 porsi pendapatan mereka dari jasa non-aero (selain terkait langsung penerbangan) mencapai 40-50 persen, meningkat dibanding saat ini yang berkisar 35 persen.
"Peningkatan pendapatan non-aero sejalan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta beroperasi pada awal 2017," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Budi Sumadi, di di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Kamis.
Menurut dia, saat ini komposisi pendapatan perseroan masih didominasi layanan terkait penerbangan (aero) yang mencapai 65 persen.
Ia menjelaskan, jasa non-aero menjadi salah satu daya tarik utama sebuah bandara karena dapat menarik minat para pelancong untuk menikmati fasilitas yang tersedia.
"Bandara Changi Singapura, Incheon di Korea Selatan, menjadi sangat terkenal dan banyak disinggahi pelancong, selain pelayanan penerbangan juga karena fasilitas non-aero yang sangat baik," kata dia. Di kedua bandar udara internasional itu, kawasan-kawasan hiburan dan perawatan tubuh, pertokoan, makanan dan minuman, dan lain-lain ditata sangat baik dan menarik.
Pada 2016, PT Angkasa Pura II menargetkan total pendapatan sekitar Rp7,5 triliun, meningkat sekitar 35 persen dibanding pendapatan 2015.
"Setelah Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta beroperasi penuh, porsi non-aero akan lebih maksimal," kata Sumadi, tentang terminal baru yang diproyeksikan mampu melayani 25 juta pemakai jasa penerbangan sepanjang tahun.
Sementara itu, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis AP II, Faik Fahmi, mengatakan, peningkatan non-aero akan diperoleh dari areal komersial di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta yang luasnya mencapai 70.000 meter persegi.
Areal komersial ini disediakan bagi para tenant yang bergerak di bidang jasa layanan pendukung penerbangan dan jasa ritel.
"Jasa ritel berupa restoran, kafe, toko cinderamata, toko buku, kawasan bebas pajak, dan lainnya yang bertaraf internasional maupun skala setempat," ujarnya.
Ini juga akan terjadi di Bandara Kuala Namu, Medan dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
"Peningkatan pendapatan non-aero sejalan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta beroperasi pada awal 2017," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Budi Sumadi, di di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Kamis.
Menurut dia, saat ini komposisi pendapatan perseroan masih didominasi layanan terkait penerbangan (aero) yang mencapai 65 persen.
Ia menjelaskan, jasa non-aero menjadi salah satu daya tarik utama sebuah bandara karena dapat menarik minat para pelancong untuk menikmati fasilitas yang tersedia.
"Bandara Changi Singapura, Incheon di Korea Selatan, menjadi sangat terkenal dan banyak disinggahi pelancong, selain pelayanan penerbangan juga karena fasilitas non-aero yang sangat baik," kata dia. Di kedua bandar udara internasional itu, kawasan-kawasan hiburan dan perawatan tubuh, pertokoan, makanan dan minuman, dan lain-lain ditata sangat baik dan menarik.
Pada 2016, PT Angkasa Pura II menargetkan total pendapatan sekitar Rp7,5 triliun, meningkat sekitar 35 persen dibanding pendapatan 2015.
"Setelah Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta beroperasi penuh, porsi non-aero akan lebih maksimal," kata Sumadi, tentang terminal baru yang diproyeksikan mampu melayani 25 juta pemakai jasa penerbangan sepanjang tahun.
Sementara itu, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis AP II, Faik Fahmi, mengatakan, peningkatan non-aero akan diperoleh dari areal komersial di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta yang luasnya mencapai 70.000 meter persegi.
Areal komersial ini disediakan bagi para tenant yang bergerak di bidang jasa layanan pendukung penerbangan dan jasa ritel.
"Jasa ritel berupa restoran, kafe, toko cinderamata, toko buku, kawasan bebas pajak, dan lainnya yang bertaraf internasional maupun skala setempat," ujarnya.
Ini juga akan terjadi di Bandara Kuala Namu, Medan dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: