Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mendambakan Musabaqah Hafalan Alquran dan Hadis Pangeran Sulthan bin Abdul Aziz Assuud tingkat Asia-Pasifik di Jakarta menjadi momentum untuk mendorong terciptanya perdamaian di negara-negara Arab.

"Begitu banyak ayat Alquran yang menyatakan kita harus bersatu dan tidak bercerai berai," katanya saat memberikan sambutan penutupan ajang tahunan itu di Istana Wapres di Jakarta, Kamis.

Oleh sebab itu, dia mengajak negara-negara Islam, khususnya di Jazirah Arab untuk bersatu. "Kita menginginkan Palestina berdamai. Tapi tidak mungkin kalau Hamas dan Fatah tidak bersatu. Itu semua bagian dari upaya ini," ujarnya di depan Pangeran Khalid bin Sulthan bin Abdul Aziz Assuud dan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa Ibrahim Al Mubarak beserta para peserta musabaqah.

Di depan tamu undangan yang sebagian besar warga negara asing peserta musabaqah, Wapres menyebutkan bahwa Indonesia memiliki semboyan berbeda-beda namun tetap bersatu (Bhinneka Tunggal Ika).

Menurut dia, prinsip itu tidak hanya dipraktikkan di lingkungan pemerintahan, melainkan juga dalam menjalankan praktik ajaran agama Islam.

"Boleh berbeda cara, tapi tetap sama-sama Islam. Kita tidak ingin perbedaan berkembang menjadi konflik. Jadikan perbedaan itu rahmat. Itulah makna dari musabaqah ini," katanya.

Dengan jumlah umat Islam yang mencapai 210 juta jiwa, jelas dia, Indonesia merupakan negara berpenduduk Islam terbesar di dunia dan mereka pun memiliki kesempatan luas untuk menjalankan ibadah lantaran jumlah masjid di Indonesia telah mencapai sekitar 800 ribu unit.

"Artinya setiap 250 orang Islam di Indonesia ada satu masjid. Di samping itu di Indonesia ada 30 ribu unit pesantren dan madrasah. Ada lebih 50 universitas Islam negeri di samping universitas Islam yang didirikan masyarakat," kata Ketua Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia itu.

Pemerintah Indonesia patut berbangga karena dari 800 ribu unit masjid, lanjut Wapres, sekitar 99 persen dibangun masyarakat tanpa adanya bantuan dari pemerintah.

"Bahkan semua kantor dan sekolah di Indonesia punya masjid. Sekarang bagaimana kita melaksanakan Islam secara nyata," ujar Kalla.

Ia tidak memungkiri adanya perbedaan dalam menjalankan ajaran Islam sesuai dengan wilayah dan budaya masyarakat setempat. "Seperti halnya Indonesia yang punya bahasa sendiri, tentu harus disertai usaha ekstra untuk bisa memahami Alquran. Saya yakin anak kita hafal 30 juz. Mungkin mereka tidak mengerti artinya, tapi dengan rahmat Allah mereka bisa menghafal," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melaporkan bahwa ajang tersebut merupakan yang kedelapan kalinya digelar di Indonesia.

Pada tahun ini digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada tanggal 17-20 April yang diikuti 150 peserta dari 25 negara di Asia-Pasifik dan 24 pendamping dari 24 negara.

"Kita patut berbangga karena setiap tahun kita mendapatkan kepercayaan menggelar musabaqah ini," ujar Menag.