Rupiah Rabu pagi menguat 10 poin
20 April 2016 10:50 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat sebesar 10 poin menjadi Rp13.125 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.135 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16).
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat sebesar 10 poin menjadi Rp13.125 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.135 per dolar AS.
"Harga minyak mentah dunia yang masih bertahan di level 40 dolar AS per barel menjadi salah stau faktor yang menekan mata uang dolar AS," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, imbas harga minyak mentah dunia yang stabil di level psikologis itu mempengaruhi harga komoditas lainnya, kondisi itu menjaga laju rupiah bertahan di area positif mengingat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditas.
Ia menambahkan bahwa spekulasi pelaku pasar saham terhadap kebijakan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed fund rate) yang belum akan dinaikan pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akhir bulan ini menambah harapan bagi laju rupiah untuk bergerak lebih tinggi.
Di sisi lain, lanjut dia, data properti Amerika Serikat untuk bulan Maret dilaporkan lebih rendah dari estimasi. Angka housing starts (jumlah rumah baru yang dibangun) yang dimiliki secara pribadi di AS pada Maret mencapai 1,089 juta unit, di bawah konsensus pasar 1,167 juta unit.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa data ekonomi Amerika Serikat terutama dari data perumahan yang kurang bagus itu menekan mata uang dolar AS di perdagangan Asia Rabu ini.
"Rupiah melanjutkan penguatannya akibat faktor global," katanya.
Ia mengatakan bahwa fokus pelaku pasar uang selanjutnya akan tertuju pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang dimulai hari ini (20/4) dan disimpulkan pada Kamis (21/4) mengenai kebijakan suku bunga acuan (BI rate).
"Harga minyak mentah dunia yang masih bertahan di level 40 dolar AS per barel menjadi salah stau faktor yang menekan mata uang dolar AS," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, imbas harga minyak mentah dunia yang stabil di level psikologis itu mempengaruhi harga komoditas lainnya, kondisi itu menjaga laju rupiah bertahan di area positif mengingat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditas.
Ia menambahkan bahwa spekulasi pelaku pasar saham terhadap kebijakan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed fund rate) yang belum akan dinaikan pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akhir bulan ini menambah harapan bagi laju rupiah untuk bergerak lebih tinggi.
Di sisi lain, lanjut dia, data properti Amerika Serikat untuk bulan Maret dilaporkan lebih rendah dari estimasi. Angka housing starts (jumlah rumah baru yang dibangun) yang dimiliki secara pribadi di AS pada Maret mencapai 1,089 juta unit, di bawah konsensus pasar 1,167 juta unit.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa data ekonomi Amerika Serikat terutama dari data perumahan yang kurang bagus itu menekan mata uang dolar AS di perdagangan Asia Rabu ini.
"Rupiah melanjutkan penguatannya akibat faktor global," katanya.
Ia mengatakan bahwa fokus pelaku pasar uang selanjutnya akan tertuju pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang dimulai hari ini (20/4) dan disimpulkan pada Kamis (21/4) mengenai kebijakan suku bunga acuan (BI rate).
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: