Kendari (ANTARA News) - Deputi Bidang Geofisika BMKG Pusat, Masturyono mengatakan, Sulawesi Tenggara (Sultra) secara keseluruhan tidak masuk dalam kategori wilayah yang rawan gempa bumi dan tsunami, namun bukan berarti wilayah itu bebas dari tsunami.

"Tingkat kerawanan tsunami di Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum berada di level menengah ke bawah. Artinya bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, potensi tsunami di Sultra sangat rendah," katanya kepada sejumlah wartawan usai membuka sosialisasi Gladi Ruang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Penguatan UPT BMKG dan BPBD di Kendari, Senin.

Ia mengatakan, wilayah Sultra bukan merupakan daerah sumber gempa berskala besar. Meski begitu, bukan berarti Kendari bebas dari tsunami sebab salah satu sumber gempa di Indonesia adalah Laut Banda yang sangat dekat dengan wilayah Sultra.

"Di tahun 1992 ketika terjadi gempa di Flores, salah satu daerah di Sultra juga terdampak tsunami meski relatif kecil," kata Masturyono.

Dia melanjutkan, meski tingkat kerawanan tsunami di Kendari tingkatnya menengah ke bawah, namun pemahaman kepada masyarakat terkait bencana gempa bumi dan tsunami harus terus ditingkatkan untuk mengurangi resiko bencana.

Menurut Masturyono, pelaksanaan gladi ruang yang dilakukan oleh BMKG ini merupakan salah satu langkah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dan seluruh pihak terkait mengenai persoalan deteksi dini yang berkaitan dengan gempa bumi dan tsunami.

Walau di Kendari potensi bencana tersebut tidak terlalu besar, kata Masturyono, namun pihak terkait serta masyarakat tetap harus mengerti apa yang harus dilakukan pada saat terjadinya bencana alam berupa gempa bumi dan tsunami.

Karena itu, koordinasi antara para stakeholder sanagat penting untuk mengurangi resiko bencana ke depan, ujaranya.

Kegiatan Ruang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Penguatan UPT BMKG dan BPBD ini dihadiri Asisten I Setda Provinsi Sarifuddin Safaa mewakil Sekda, perwakilan kelompok BPBD Kota Kendari dan provinsi, TNI/POLRI, PMI, lurah, sekolah dan media.