Siswa SMA Indonesia akan tumbuhkan padi dan ragi di ISS
17 April 2016 15:50 WIB
Ilustrasi Soyuz merapat ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS). Kelak materi penelitian ilmiah siswa SMA Indonesia akan diujicobakan di dalam stasiun luar angkasa itu. (NASA)
Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah siswa sekolah menengah atas dari Sumatera Utara, Jakarta, Bandung, dan Jayapura, terlibat dalam penelitian ruang angkasa bersama International Space Station yang dikelola sejumlah negara, di antaranya National Aeronautics and Space Administration (NASA) dari Amerika Serikat, dan European Space Agency dari Eropa.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert O Blake Jr, mengatakan, sejumlah siswa SMA asal Indonesia tersebut terlibat dalam eksperimen menumbuhkan padi dan ragi di stasiun luar angkasa.
"Mereka para siswa bereksperimen bagaimana menumbuhkan padi dan ragi untuk membuat beras dan tempe di gravitasi nol luar angkasa," ujar Blake Jr, dalam acara seminar bertajuk Tempe and Rice from Tanah Air Go to Space, di @america, Jakarta, Minggu.
Blake Jr menyampaikan kerja sama di bidang sains dan teknologi sangat penting bagi Amerika dan Indonesia.
Ia berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif tidak hanya bagi NASA, tetapi juga bagi para siswa.
Mentor para siswa gabungan, yakni Saputro menjelaskan para siswa membuat eksperimen dalam sebuah laboratorium mikro yang membawa padi dan ragi, kemudian dikirimkan ke stasiun luar angkasa pada tanggal 23 Maret 2016.
Rencananya pada 20 Mei 2016, laboratorium mikro itu akan dikirim kembali ke Bumi. "Ini agenda serius. Bagaimana menumbuhkan makanan di luar angkasa," ujar Saputro.
Menurut Saputro, dibutuhkan waktu 25 menit bagi roket pembawa laboratorium mikro untuk bisa mencapai International Space Station (ISS) yang berada pada orbir di ketinggian sekitar 400 kilometer dari Bumi.
"Biaya peluncuran ini sekitar Rp4 miliar per kilogram, sedangkan angkutan yang dibawa roket adalah tiga ton. Namun, kami tidak perlu membayar semahal itu karena alasan tertentu," kata Saputro.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Panjaitan, yang hadir dalam seminar tersebut mengaku bangga atas keterlibatan anak bangsa dalam penelitian ruang angkasa.
Dia meminta anak bangsa tidak berhenti bermimpi.
"Jangan pernah berhenti bermimpi, tidak perlu malu siapa pun orang tuamu. Orang tua saya itu dahulu sopir bus, tetapi Tuhan punya misteri dalam perjalanan hidup kita, asalkan kita rajin belajar dengan disiplin, berhati baik, Indonesia pasti punya masa depan luar biasa," kata Pandjaitan.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert O Blake Jr, mengatakan, sejumlah siswa SMA asal Indonesia tersebut terlibat dalam eksperimen menumbuhkan padi dan ragi di stasiun luar angkasa.
"Mereka para siswa bereksperimen bagaimana menumbuhkan padi dan ragi untuk membuat beras dan tempe di gravitasi nol luar angkasa," ujar Blake Jr, dalam acara seminar bertajuk Tempe and Rice from Tanah Air Go to Space, di @america, Jakarta, Minggu.
Blake Jr menyampaikan kerja sama di bidang sains dan teknologi sangat penting bagi Amerika dan Indonesia.
Ia berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif tidak hanya bagi NASA, tetapi juga bagi para siswa.
Mentor para siswa gabungan, yakni Saputro menjelaskan para siswa membuat eksperimen dalam sebuah laboratorium mikro yang membawa padi dan ragi, kemudian dikirimkan ke stasiun luar angkasa pada tanggal 23 Maret 2016.
Rencananya pada 20 Mei 2016, laboratorium mikro itu akan dikirim kembali ke Bumi. "Ini agenda serius. Bagaimana menumbuhkan makanan di luar angkasa," ujar Saputro.
Menurut Saputro, dibutuhkan waktu 25 menit bagi roket pembawa laboratorium mikro untuk bisa mencapai International Space Station (ISS) yang berada pada orbir di ketinggian sekitar 400 kilometer dari Bumi.
"Biaya peluncuran ini sekitar Rp4 miliar per kilogram, sedangkan angkutan yang dibawa roket adalah tiga ton. Namun, kami tidak perlu membayar semahal itu karena alasan tertentu," kata Saputro.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Panjaitan, yang hadir dalam seminar tersebut mengaku bangga atas keterlibatan anak bangsa dalam penelitian ruang angkasa.
Dia meminta anak bangsa tidak berhenti bermimpi.
"Jangan pernah berhenti bermimpi, tidak perlu malu siapa pun orang tuamu. Orang tua saya itu dahulu sopir bus, tetapi Tuhan punya misteri dalam perjalanan hidup kita, asalkan kita rajin belajar dengan disiplin, berhati baik, Indonesia pasti punya masa depan luar biasa," kata Pandjaitan.
Pewarta: Rangga Jingga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: