BPPT ciptakan alat pantau hindari kecelakaan pesawat di bandara
17 April 2016 10:28 WIB
Sejumlah petugas mengamati bagian sayap kiri dari pesawat Batik Air dengan nomor registrasi PK-LBS yang mengalami insiden di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (5/4/2016). Pesawat Batik Air Boeing 737-800 rute Halim Perdanakusuma-Ujung Pandang dengan nomor penerbangan ID 7703 yang akan melakukan lepas landas bersenggolan dengan pesawat Trans Nusa berjenis ATR 42 seri 600 pada Senin (4/4) sekitar pukul 19.55 WIB. Insiden tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada bagian pesawat. (ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf/kye/16).
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Pusat Teknologi Elektronika menciptakan inovasi teknologi navigasi surveillance untuk pemantauan pesawat di bandara, kata Direktur Pusat Teknologi Elektronika BPPT Yudi Purwantoro.
"Teknologi ini mampu memantau pergerakan pesawat dan kendaraan bergerak lainnya di bandara, baik ketika pesawat sedang melakukan approach pendaratan, ketika sudah mendarat, maupun ketika bergerak di sekitar terminal," kata Yudi dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan teknologi baru ini bisa diterapkan untuk menghindari terjadinya senggolan bodi atau sayap antar pesawat seperti yang terjadi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta beberapa waktu lalu.
Keunggulan teknologi dalam negeri buatan BPPT tersebut ialah harganya yang relatif lebih murah namun tidak mengorbankan kualitas teknologinya.
Alat navigasi ini dirancang menggunakan komponen yang dapat diperoleh di pasaran dan berbasis software open source atau perangkat lunak berbasis terbuka yang disebut mepermudah dalam pemeliharaan.
Yudi menyebutkan inovasi teknologi navigasi surveillance sudah masuk tahap purwarupa dan akan melakukan uji lapangan guna mendapatkan sertifikat. Dia berharap teknologi tersebut siap diaplikasikan setelah sertifikasi dan ada industri nasional yang melakukan komersialisasi.
"Semoga didukung pemangku kebijakan terkait, khususnya dalam hal regulasi. Selain itu juga ada industri nasional yang siap melakukan komersialisasi," kata dia. (T.A071/C/Y008/Y008) 17-04-2016 10:04:34
"Teknologi ini mampu memantau pergerakan pesawat dan kendaraan bergerak lainnya di bandara, baik ketika pesawat sedang melakukan approach pendaratan, ketika sudah mendarat, maupun ketika bergerak di sekitar terminal," kata Yudi dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan teknologi baru ini bisa diterapkan untuk menghindari terjadinya senggolan bodi atau sayap antar pesawat seperti yang terjadi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta beberapa waktu lalu.
Keunggulan teknologi dalam negeri buatan BPPT tersebut ialah harganya yang relatif lebih murah namun tidak mengorbankan kualitas teknologinya.
Alat navigasi ini dirancang menggunakan komponen yang dapat diperoleh di pasaran dan berbasis software open source atau perangkat lunak berbasis terbuka yang disebut mepermudah dalam pemeliharaan.
Yudi menyebutkan inovasi teknologi navigasi surveillance sudah masuk tahap purwarupa dan akan melakukan uji lapangan guna mendapatkan sertifikat. Dia berharap teknologi tersebut siap diaplikasikan setelah sertifikasi dan ada industri nasional yang melakukan komersialisasi.
"Semoga didukung pemangku kebijakan terkait, khususnya dalam hal regulasi. Selain itu juga ada industri nasional yang siap melakukan komersialisasi," kata dia. (T.A071/C/Y008/Y008) 17-04-2016 10:04:34
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: