Bandarlampung tarik wisatawan dengan gitar klasik
17 April 2016 07:22 WIB
Zakki pembuat gitar mengerjakan pesanan gitar klasik di Studio Zakki Luthier, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (24/2). (ANTARA FOTO/Agus Bebeng)
Bandarlampung (ANTARA News) - Pemerintah Kota Bandarlampung menjadikan gitar klasik Lampung sebagai sarana untuk menarik wisatawan berkunjung ke ibu kota Provinsi Lampung ini.
"Kami mengharapkan musik klasik Lampung melalui gitar ini bisa menjadi salah satu daya tarik bagi wisaatawan yang berkunjung ke Lampung terutama ke Bandarlampung," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Periwisata (Disbudpar) Kota Bandarlampung Yus Amri, di Bandarlampung, Minggu.
Ia menjelaskan, untuk mencari bibit baru pemain gitar klasik Lampung, Pemkot Bandarlampung bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Lampung menggelar acara minum kopi gratis berikut kontes gitar klasik memperebutkan Piala Kapolda dan Piala Bergilir Wali Kota Bandarlampung yang diselenggarakan di Tugu Adipura.
Menurutnya, saat ini pemain gitar klasik Lampung sudah sangat jarang, bahkan banyak yang telah lanjut usia.
"Karena itu, kami bekerjasama dengan kepolisian menggelar kegiatan ini untuk mencari bibit pemain gitar klasik dan melestarikan gitar klasik di kalangan generasi muda," kata dia lagi.
Kontes gitar klasik itu diharapkan dapat mendukung kebudayaan Lampung kembali dilestarikan dan dikenal masyarakat.
Sebanyak 140 peserta mengikuti perlombaan kontes gitar klasik Lampung yang berlangsung selama tiga hari sejak Jumat (15/4) hingga Minggu (17/4).
Wali Kota Bandarlampung Herman HN mengatakan kontes gitar klasik itu merupakan usulan dari Kapolda Lampung Brigjen Ike Edwin.
"Identitas Lampung sebagai tanah kopi dan lada harus dilestarikan. Selain kegiatan gitar klasik ini, ke depan kami akan buat titik ngopi gratis di Tugu Adipura dan Plaza Pos. Kita seharusnya malu bahwa Lampung penghasil kopi nomor dua nasional, tapi tidak ada warung kopi khasnya," kata dia pula.
Kapolda Lampung Brigjen Ike Edwin mengatakan sudah hampir 40 tahun sejak lomba serupa dilaksanakan, baru dapat terlaksana lagi.
"Kita harus mengedepankan kearifan lokal, mengingat dari itu semua tercipta sopan satun dengan orang tua yang saat ini sudah mulai memudar, dan bagaimana cara membangkitkannya kita mulai dari mengembangkan budaya lokal yang sudah mulai punah seperti ngopi bersama," kata dia lagi.
Menurutnya, secara bertahap dirinya bekerjasama dengan forkopimda setempat akan terus menggelar lomba-lomba budaya serupa.
"Kami mengharapkan musik klasik Lampung melalui gitar ini bisa menjadi salah satu daya tarik bagi wisaatawan yang berkunjung ke Lampung terutama ke Bandarlampung," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Periwisata (Disbudpar) Kota Bandarlampung Yus Amri, di Bandarlampung, Minggu.
Ia menjelaskan, untuk mencari bibit baru pemain gitar klasik Lampung, Pemkot Bandarlampung bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Lampung menggelar acara minum kopi gratis berikut kontes gitar klasik memperebutkan Piala Kapolda dan Piala Bergilir Wali Kota Bandarlampung yang diselenggarakan di Tugu Adipura.
Menurutnya, saat ini pemain gitar klasik Lampung sudah sangat jarang, bahkan banyak yang telah lanjut usia.
"Karena itu, kami bekerjasama dengan kepolisian menggelar kegiatan ini untuk mencari bibit pemain gitar klasik dan melestarikan gitar klasik di kalangan generasi muda," kata dia lagi.
Kontes gitar klasik itu diharapkan dapat mendukung kebudayaan Lampung kembali dilestarikan dan dikenal masyarakat.
Sebanyak 140 peserta mengikuti perlombaan kontes gitar klasik Lampung yang berlangsung selama tiga hari sejak Jumat (15/4) hingga Minggu (17/4).
Wali Kota Bandarlampung Herman HN mengatakan kontes gitar klasik itu merupakan usulan dari Kapolda Lampung Brigjen Ike Edwin.
"Identitas Lampung sebagai tanah kopi dan lada harus dilestarikan. Selain kegiatan gitar klasik ini, ke depan kami akan buat titik ngopi gratis di Tugu Adipura dan Plaza Pos. Kita seharusnya malu bahwa Lampung penghasil kopi nomor dua nasional, tapi tidak ada warung kopi khasnya," kata dia pula.
Kapolda Lampung Brigjen Ike Edwin mengatakan sudah hampir 40 tahun sejak lomba serupa dilaksanakan, baru dapat terlaksana lagi.
"Kita harus mengedepankan kearifan lokal, mengingat dari itu semua tercipta sopan satun dengan orang tua yang saat ini sudah mulai memudar, dan bagaimana cara membangkitkannya kita mulai dari mengembangkan budaya lokal yang sudah mulai punah seperti ngopi bersama," kata dia lagi.
Menurutnya, secara bertahap dirinya bekerjasama dengan forkopimda setempat akan terus menggelar lomba-lomba budaya serupa.
Pewarta: T Subagyo & Roy BP
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: