Seoul, Korea Selatan (ANTARA News) - Korea Utara mencoba dan gagal meluncurkan apa yang diduga para pakar sebagai sebuah misil balistik jarak menengah pada Jumat, sebuah aksi yang melanggar sejumlah sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Reuters melaporkan, kegagalan itu juga dinilai sebagai sebuah kemunduran yang memalukan untuk pemimpinnya, Kim Jong Un, yang memicu kritik dari sekutu utama Korea Utara, China.

Peluncuran yang gagal itu, dilaksanakan saat negara tertutup tersebut merayakan "Hari Matahari" yang merupakan hari ulang tahun kakek Kim, menyusul uji coba nuklir keempat Korea Utara pada Januari dan peluncuran roket pada Februari, yang mengarah kepada sebuah sanksi baru dari PBB.

Meskipun demikian, Korea Utara masih tetap menjalankan program misil mereka, dan diawasi secara langsung oleh Kim.

Laman 38 North yang bermarkas di Amerika Serikat, yang mengkhususkan terhadap isu Korea Utara, mengatakan bahwa terdapat sebuah kegiatan di situs nuklir negara itu berdasarkan citra satelit yang ada, dan pada Rabu mengatakan bahwa kemungkinan adanya uji coba nuklir kelima "tak dapat dipungkiri".

China yang merupakan pendukung ekonomi dan kegiatan diplomatis Korea Utara yang paling penting, mengutarakan kemarahannya terhadap uji coba nuklir dan peluncuran roket Pyongyang, yang melanggar sanksi PBB yang mana China ikut menandatanganinya.

"Peluncuran sebuah misil balistik jarak menengah pada Sabtu oleh Korea Utara, meskipun gagal, menjadi tanda terbaru dalam serangkaian kegiatan penyulutan perang, jika tidak diawasi, tidak akan membawa negara itu kemana pun," kantor berita China Xinhua mengatakan dalam sebuah artikel berbahasa Inggris.

"Persenjataan nuklir tidak akan membuat Pyongyang lebih aman. Sebaliknya, pengeluaran militernya yang sangat mahal akan menyiksa perekonomian mereka," artikel itu menambahkan.

Jumat merupakan hari peringatan ulang tahun presiden pendiri Korea Utara, Kim Il Sung yang dirayakan secara luas. Pada 2012, hari yang sama ditandai dengan sebuah uji coba peluncuran roket yang juga gagal.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa peluncuran itu dilakukan pada pukul 05.33 waktu setempat (03.33 WIB) dan terlacak oleh Komando Strategis Amerika Serikat yang juga menyatakan bahwa uji coba itu gagal.

"Kami meminta kembali kepada Korea Utara untuk menahan diri dari langkah dan retorika yang akan meningkatkan ketegangan di wilayahnya dan lebih berfokus kepada langkah untuk memenuhi komitmen dan kewajiban internasional mereka," kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Misil itu diperkirakan sebagai sebuah misil Musudan, kata kantor berita Korea Selatan Yonhap, sebuah misil balistik jarak menengah dengan perkiraan jangkauan sejauh 3.000 kilometer yang dapat diluncurkan dari tempat luncur bergerak di daratan namun belum pernah diujikan.

Amerika Serikat, yang memiliki 28.000 orang prajurit yang ditempatkan di Korea Selatan, mengatakan pada Kamis bahwa mereka mengetahui laporan bahwa Korea Utara bersiap untuk menguji misil jarak menengah dan memantau Semenanjung Korea dengan seksama.

"Berdasarkan waktunya, misil hari ini merupakan sebuah tembakan penghormatan pada Hari Matahari, menjelang kongres partai, namun kegagalannya memberikan rasa malu," ujar Chang Gwang Il, seorang pensiunan tentara Korea Selatan.

Korea Utara dijadwalkan akan mengadakan kongres partai yang berkuasa pada awal Mei, menjadi pertemuan pertama dalam 36 tahun terakhir.

Korea Utara tidak dapat benar-benar mengabaikan sanksi yang ada, namun mempertimbangkan itu sebagai waktu yang tepat untuk melaksanakan sebuah peluncuran misil untuk memberikan pesan kepada dunia bahwa "kami tidak tunduk terhadap sanksi," ujar Chang.

Sejumlah pakar mengatakan, Korea Utara kemungkinan memilih untuk mencoba meluncurkan Musudan saat mereka mencoba mengembangkan sebuah misil balistik antarbenua yang didesain untuk menempatkan Amerika Serikat dalam jangkauannya.

Korea Utara, yang seringkali memberikan ancaman untuk menghancurkan Korea Selatan dan Amerika Serikat, seringkali menembakkan misil pada saat adanya ketegangan di wilayah sekitarnya atau saat mereka berada di bawah tekanan yang menuntut mereka untuk menghentikan program persenjataan mereka.

Korea Utara yang tertutup dan Korea Selatan yang kaya dan demokratis secara teknis masih berada dalam keadaan perang karena konflik 1950-1953 mereka berakhir dngan gencatan senjata, dan bukan dengan perjanjian damai.

(Uu.KR-MBR)