BNPT: Santoso rekrut anggota di lapas
13 April 2016 21:13 WIB
RDP Kepala BNPT. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Tito Karnavian menghadiri rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi III di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/4). RDP tersebut membahas pelaksanaan tugas pokok, fungsi BNPT, kendala, hambatan yang dihadapi dan optimaliasi program deradikalisasi. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Polisi Tito Karnavian mengatakan kelompok teroris Santoso di Poso merekrut anggota dari lembaga pemasyarakatan saat dia dipenjara.
"Beberapa anggota kelompok Santoso bertato. Setelah diselidiki, diketahui bahwa mereka adalah narapidana kasus pencurian kendaraan bermotor dan lain-lain yang direkrut saat bertemu Santoso di lapas," kata Tito dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi III di Jakarta, Rabu.
Mantan Kepala Polda Metro Jaya itu mengatakan hal serupa juga terjadi dalam ledakan bom di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Setelah kejadian, polisi dan Detasemen Khusus 88 Antiteror telah menangkap sedikitnya 10 orang.
"Dari yang ditangkap itu, diketahui bahwa peledakan itu direncanakan di Lapas Nusakambangan," jelasnya.
Karena itu, Tito mengatakan perlu ada manajemen yang lebih baik dalam menangani terpidana teroris di lembaga-lembaga pemasyarakatan. Narapidana yang dinilai berisiko tinggi, seperti narapidana terorisme, perlu mendapatkan pengamanan maksimum.
"Supaya mereka tidak bisa berkomunikasi dengan narapidana lain dan merekrut mereka sebagai anggota. Bila memungkinkan, mereka dipenjara di pulau terpencil yang tidak mudah diakses," tuturnya.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad mengatakan perlu ada koordinasi antarlembaga untuk mengantisipasi perekrutan teroris di dalam lembaga pemasyarakatan.
"Lapas seharusnya menjadi tempat pembinaan agar narapidana bisa kembali ke masyarakat, kembali ke jalan yang benar, tidak melakukan kejahatan yang pernah dilakukan," katanya.
"Beberapa anggota kelompok Santoso bertato. Setelah diselidiki, diketahui bahwa mereka adalah narapidana kasus pencurian kendaraan bermotor dan lain-lain yang direkrut saat bertemu Santoso di lapas," kata Tito dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi III di Jakarta, Rabu.
Mantan Kepala Polda Metro Jaya itu mengatakan hal serupa juga terjadi dalam ledakan bom di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Setelah kejadian, polisi dan Detasemen Khusus 88 Antiteror telah menangkap sedikitnya 10 orang.
"Dari yang ditangkap itu, diketahui bahwa peledakan itu direncanakan di Lapas Nusakambangan," jelasnya.
Karena itu, Tito mengatakan perlu ada manajemen yang lebih baik dalam menangani terpidana teroris di lembaga-lembaga pemasyarakatan. Narapidana yang dinilai berisiko tinggi, seperti narapidana terorisme, perlu mendapatkan pengamanan maksimum.
"Supaya mereka tidak bisa berkomunikasi dengan narapidana lain dan merekrut mereka sebagai anggota. Bila memungkinkan, mereka dipenjara di pulau terpencil yang tidak mudah diakses," tuturnya.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad mengatakan perlu ada koordinasi antarlembaga untuk mengantisipasi perekrutan teroris di dalam lembaga pemasyarakatan.
"Lapas seharusnya menjadi tempat pembinaan agar narapidana bisa kembali ke masyarakat, kembali ke jalan yang benar, tidak melakukan kejahatan yang pernah dilakukan," katanya.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: