Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak ke posisi Rp13.092 atau menguat dibandingkan posisi hari sebelumnya di level Rp13.130 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah kembali menguat sejalan dengan penguatan kurs di kawasan Asia lainnya terhadap dolar AS. Penguatan rupiah juga dibantu oleh harapan inflasi domestik yang berada di level rendah. Hal itu bisa menambah optimisme pertumbuhan ekonomi domestik ke depannya," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan bahwa ke depan ruang penguatan rupiah juga masih cukup tersedia. Fokus investor saat ini tertuju pada perombakan atau reshuffle kabinet serta data neraca perdagangan yang sedianya akan diumumkan pada pekan ini.

Dari eksternal, lanjut dia, salah satu petinggi bank sentral AS (Federal Reserve) yang menginginkan suku bunga naik tidak mengubah ekspektasi investor. Kenaikan suku bnga AS diproyeksikan belum dilaksanakan dalam waktu dekat.

Di sisi lain, ia menambahkan bahwa spekulasi mengenai pembatasan produksi minyak oleh anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) semakin terasa di pasar global sehingga mendorong harga minyak mentah dunia bergerak di level 40 dolar AS per barel. Terpantau, harga minyak mentah dunia jenis WTI crude berada di level 41,83 dolar AS per barel, dan Brent crude di posisi 44,46 dolar AS per barel.

"Kondisi itu menjadi salah satu penopang bagi mata uang komoditas, termasuk rupiah," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa rupiah menguat seiring dengan selera investor untuk aset beresiko dan ber-yield tinggi mulai pulih menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia.

Ia menambahkan bahwa dolar AS cenderung melemah selama beberapa pekan terakhir juga akibat ekspektasi investor terhadap waktu kenaikan suku bunga AS oleh bank sentral AS tahun ini hanya naik 0,25 persen.