Kupang, NTT (ANTARA News) - Ahli antropologi budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira, Pastor Gregor Neonbasu SVD, baru kembali dari perjalanan ke tiga negara Pasifik Selatan. Salah satu hasilnya adalah, "Ada rasa rindu para wartawan Vanuatu datang menyaksikan secara langsung di Papua," kata dia.


"Oleh karena mereka sendiri mulai sangsi dan menjadi agak heran, mengapa selalu ada informasi yang tidak adil mengenai Papua," kata Neonbasu, di Kupang, Senin.

Negara yang dia datangi Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Fiji, untuk menjadi pembicara soal Melanesia.




Di Vanuatu, dia diwawancara media massa setempat. "Maklumlah selama ini media Vanuatu inilah yang mentang-mentang melawan Indonesia dalam kaitan dengan OPM dan meniup-niup pelanggaran HAM di Papua dan Papua Barat," katanya.

Di Pasifik Selatan ada organisasi Melanesian Spearhead Group yang menjadi pendukung kuat negara OPM.

Dari wawancara itulah kata dia, terjadi komunikasi yang menarik. Kemudian jurnalis Vanuatu, Indonesia, dan beberapa pihak lain makan siang bersama staf Kedutaan Indonesia di Canberra, Australia.

"Dalam pertemuan makan siang bersama itulah para wartawan Vanuatu menyatakan keinginan datang menyaksikan secara langsung di Papua," katanya.

Dia mengatakan, Kedutaan Besar Indonesia di Canberra akan segera merealisasi rencana para kuli tinta dari Vanuatu itu.



Sikap kondusif terungkap dari Fiji, yang umumnya sudah sangat terbuka untuk memahami Indonesia, katanya.
"Negara ini sangat hati-hati mempercayai kampanye OPM yang cenderung memojokkan Indonesia dari dimensi pelanggaran HAM," katanya.