Rupiah Senin pagi menguat 35 poin
11 April 2016 10:58 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 35 poin menjadi Rp13.108 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.143 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16).
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 35 poin menjadi Rp13.108 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.143 per dolar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa sentimen dari hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu yang bernada dovish masih membebani laju dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Hasil FOMC yang mensinyalkan masih bersikap dovish memberikan kesempatan bagi investor untuk kembali melakukan akumulasi aset berdenominasi mata uang berisiko,termasuk rupiah," katanya.
Ia menambahkan bahwa beberapa data ekonomi yang sedianya akan dirilis pada pekan ini di antaranya indeks kepercayaan bisnis, penjualan kendaraan serta laporan neraca perdagangan Indonesia yang diperkirakan positif dapat menjadi salah satu faktor yang menjaga laju nilai tukar rupiah.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan bahwa peluang mata uang rupiah untuk melanjutkan penguatan cukup terbuka seiring dengan harga minyak mentah dunia yang mulai bergerak naik menuju level 40 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah jenis WTI pada Senin (11/4) pagi ini terpantau berada di level 39,97 dolar AS per barel, menguat 0,63 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent di posisi 42,18 dolar AS per barel, menguat 0,57 persen.
"Harga minyak naik setelah muncul harapan pembatasan produksi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) akan disepakati pada 17 April 2016 mendatang di Qatar.
Ia menambahkan bahwa sentimen positif dari naiknya cadangan devisa juga masih menjadi salah satu sentimen positif bagi mata uang rupiah, dengan demikian peluang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) lanjutan cukup terbuka.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa sentimen dari hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu yang bernada dovish masih membebani laju dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Hasil FOMC yang mensinyalkan masih bersikap dovish memberikan kesempatan bagi investor untuk kembali melakukan akumulasi aset berdenominasi mata uang berisiko,termasuk rupiah," katanya.
Ia menambahkan bahwa beberapa data ekonomi yang sedianya akan dirilis pada pekan ini di antaranya indeks kepercayaan bisnis, penjualan kendaraan serta laporan neraca perdagangan Indonesia yang diperkirakan positif dapat menjadi salah satu faktor yang menjaga laju nilai tukar rupiah.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan bahwa peluang mata uang rupiah untuk melanjutkan penguatan cukup terbuka seiring dengan harga minyak mentah dunia yang mulai bergerak naik menuju level 40 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah jenis WTI pada Senin (11/4) pagi ini terpantau berada di level 39,97 dolar AS per barel, menguat 0,63 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent di posisi 42,18 dolar AS per barel, menguat 0,57 persen.
"Harga minyak naik setelah muncul harapan pembatasan produksi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) akan disepakati pada 17 April 2016 mendatang di Qatar.
Ia menambahkan bahwa sentimen positif dari naiknya cadangan devisa juga masih menjadi salah satu sentimen positif bagi mata uang rupiah, dengan demikian peluang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) lanjutan cukup terbuka.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: