BNI turunkan suku bunga modal UMKM
11 April 2016 10:31 WIB
Beberapa petugas Bank BNI melayani nasabah di kantor layanan nasabah. BNI tengah bersiap menurunkan bunga pinjaman untuk pebisnis UMKM menjadi 9,95 persen. (istimewa)
Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk telah menurunkan suku bunga kredit menjadi sebesar 9,95 persen, untuk mendukung permodalan bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan pinjaman di bawah Rp5 miliar.
"Penurunan suku bunga kredit dilakukan secara bertahap menjadi di bawah 10 persen atau single digit 9,95 persen, sejalan penurunan suku bunga acuan BI Rate menjadi 6,75 persen dan suku bunga deposito pasar Lembaga Penjamin Simpanan," ujar CEO Region BNI Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau, Ronny Venir, di Pekanbaru, Riau, Senin.
Menurut dia, penurunan suku bunga deposito pasar LPS diyakini akan terus terjadi hingga akhir tahun, terbukti per tanggal 31 Maret 2016 suku bunga LPS mengalami penurunan sebesar 25 bps menjadi 7,25 persen.
"Penurunan suku bunga kredit BNI dimulai untuk kredit dengan nilai di bawah Rp5 miliar dan sudah berlaku sejak 1 April 2016," ujarnya.
Ia optimistis sampai akhir tahun ini diprediksi suku bunga kredit bisa mencapai single digit pada beberapa segmen.
"Diharapkan dengan penurunan suku bunga ini akan semakin meningkatkan akses informasi dan penggunaan produk jasa keuangan masyarakat melalui pengembangan infrastruktur pendukung literasi keuangan," kata dia.
Dia juga menggambarkan sebenarnya sebelum kebijakan BI diluncurkan, BNI sudah mematok suku bunga di bawah 10 persen bagi pembiayaan pemerintah yang dikenal dengan KUR.
"Sejak Januari 2016 PT Bank Negara Indonesia telah menyalurkan KUR dengan bunga single digit yaitu sebesar sembilan persen," ujar dia pula.
BNI juga memberikan kemudahan persyaratan bagi UMKM dengan proses yang relatif cepat.
"Khusus untuk penyaluran kredit sampai dengan maksimal Rp1 miliar, sejak tanggal 1 April yang lalu terdapat program bundling taplus bisnis atau giro dan e-banking yang memberikan kemudahan tambahan yaitu bebas biaya asuransi jiwa kredit dan bebas biaya asuransi kredit," katanya.
Bukan hanya itu, menurutnya, dalam waktu dekat BNI akan segera menawarkan bunga single digit untuk pasar KPR kelas menengah berjangka waktu 5 tahun.
BNI akan mencoba melirik pasar KPR bagi kelas menengah ke bawah dengan rentang harga Rp500 juta hingga Rp1 miliar per unit.
Saat ini, BNI memiliki dua tawaran bunga single digit untuk KPR yaitu bunga 8,70 persen untuk dua tahun, dan bunga 10,7 persen untuk tiga tahun.
"Penurunan suku bunga KPR direncanakan pada semester II tahun ini," katanya pula.
BNI bahkan menargetkan pertumbuhan KPR akan terjadi di atas 10 persen tahun 2016 dengan porsi KPR kelas menengah 70 persen dan sisanya untuk KPR kelas menengah ke atas.
Dengan dasar tahun 2015 lalu, BNI mencatat pertumbuhan KPR sebesar 4 persen dan besaran nilai kredit Rp34,66 triliun.
Jika dibandingkan per Desember 2014 yang hanya Rp33,34 triliun, berarti terjadi peningkatan Rp1 triliun lebih per Desember 2015.
Ia menambahkan, saat ini BNI Wilayah Padang memiliki area kerja di tiga provinsi, yaitu Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan satu Kabupaten di Kerinci.
"Penurunan suku bunga kredit dilakukan secara bertahap menjadi di bawah 10 persen atau single digit 9,95 persen, sejalan penurunan suku bunga acuan BI Rate menjadi 6,75 persen dan suku bunga deposito pasar Lembaga Penjamin Simpanan," ujar CEO Region BNI Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau, Ronny Venir, di Pekanbaru, Riau, Senin.
Menurut dia, penurunan suku bunga deposito pasar LPS diyakini akan terus terjadi hingga akhir tahun, terbukti per tanggal 31 Maret 2016 suku bunga LPS mengalami penurunan sebesar 25 bps menjadi 7,25 persen.
"Penurunan suku bunga kredit BNI dimulai untuk kredit dengan nilai di bawah Rp5 miliar dan sudah berlaku sejak 1 April 2016," ujarnya.
Ia optimistis sampai akhir tahun ini diprediksi suku bunga kredit bisa mencapai single digit pada beberapa segmen.
"Diharapkan dengan penurunan suku bunga ini akan semakin meningkatkan akses informasi dan penggunaan produk jasa keuangan masyarakat melalui pengembangan infrastruktur pendukung literasi keuangan," kata dia.
Dia juga menggambarkan sebenarnya sebelum kebijakan BI diluncurkan, BNI sudah mematok suku bunga di bawah 10 persen bagi pembiayaan pemerintah yang dikenal dengan KUR.
"Sejak Januari 2016 PT Bank Negara Indonesia telah menyalurkan KUR dengan bunga single digit yaitu sebesar sembilan persen," ujar dia pula.
BNI juga memberikan kemudahan persyaratan bagi UMKM dengan proses yang relatif cepat.
"Khusus untuk penyaluran kredit sampai dengan maksimal Rp1 miliar, sejak tanggal 1 April yang lalu terdapat program bundling taplus bisnis atau giro dan e-banking yang memberikan kemudahan tambahan yaitu bebas biaya asuransi jiwa kredit dan bebas biaya asuransi kredit," katanya.
Bukan hanya itu, menurutnya, dalam waktu dekat BNI akan segera menawarkan bunga single digit untuk pasar KPR kelas menengah berjangka waktu 5 tahun.
BNI akan mencoba melirik pasar KPR bagi kelas menengah ke bawah dengan rentang harga Rp500 juta hingga Rp1 miliar per unit.
Saat ini, BNI memiliki dua tawaran bunga single digit untuk KPR yaitu bunga 8,70 persen untuk dua tahun, dan bunga 10,7 persen untuk tiga tahun.
"Penurunan suku bunga KPR direncanakan pada semester II tahun ini," katanya pula.
BNI bahkan menargetkan pertumbuhan KPR akan terjadi di atas 10 persen tahun 2016 dengan porsi KPR kelas menengah 70 persen dan sisanya untuk KPR kelas menengah ke atas.
Dengan dasar tahun 2015 lalu, BNI mencatat pertumbuhan KPR sebesar 4 persen dan besaran nilai kredit Rp34,66 triliun.
Jika dibandingkan per Desember 2014 yang hanya Rp33,34 triliun, berarti terjadi peningkatan Rp1 triliun lebih per Desember 2015.
Ia menambahkan, saat ini BNI Wilayah Padang memiliki area kerja di tiga provinsi, yaitu Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan satu Kabupaten di Kerinci.
Pewarta: Netty Mindrayani dan Vera Lusiana
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: