Anak-Istri WNI yang disandera asal Sulawesi Tenggara mulai cemas
8 April 2016 23:22 WIB
Dokumentasi keluarga Bayu Oktavianto menyaksikan berita ditelevisi terkait WNI yang disandera di Filipina di Miliran, Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (29/3). Oktavianto satu dari 10 ABK kapal tunda dan kapal tongkang berbendera Indonesia, yang disandera kelompok Abu Sayyaf, saat melintas di perairan Filipina pada Sabtu (26/3/2016) lalu. (ANTARA FOTO/ Aloysius Nugroho)
Kendari, Sulawesi Tenggara (ANTARA News) - Istri dan dua buah hati dari Suriansah, WNI yang ikut disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina menunggu kepulangan sang ayah, di Kendari, Sulawesi Tenggara dengan perasaan cemas.
"Kami berharap Pak Suriansah sebagai suami dan ayah sebagai tulang punggung keluarga kembali di Kendari dalam keadaan selamat," kata istri korban, Idawati, di Kendari, Jumat.
Suriansah adalah ayah dari dua anak yang masih duduk di bangku kelas 3 dan kelas 1 SD Negeri 7 Baruga.
Suriansah bersama sembilan orang rekannya yang disandera kelompok yang menamakan diri Abu Sayyaf pada 23 Maret 2016 lalu di perairan Filipina adalah kepala kamar mesin II.
"Terakhir bapak berkomunikasi dengan saya dan anak-anak menjelang bertolak ke Filipina. Setiap bapak mau berlayar selalu berbicara dengan saya dan anak-anaknya di Kendari," kata Idawati.
Idawati yang diselimuti kesedihan dan rasa cemas menambahkan bahwa suaminya berada di Kendari pada Oktober 2015.
"Pada Oktober 2015 bertemu anak-anak dan keluarga saat beroperasi rute Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dan Torobulu, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara," tambah Idawati, dengan mata berkaca-kaca.
Ia berharap agar pemerintah Indonesia dapat menyelamatkan suaminya dari cengkraman pelaku sandera.
"Suami saya dan ayah dari Adnansah Suriansah (anak sulung) dan Azza Aisiyah (anak bungsu) mencari nafkah untuk keluarga tetapi kerja keras juga memberi kontribusi devisa untuk negara," ujarnya.
"Kami berharap Pak Suriansah sebagai suami dan ayah sebagai tulang punggung keluarga kembali di Kendari dalam keadaan selamat," kata istri korban, Idawati, di Kendari, Jumat.
Suriansah adalah ayah dari dua anak yang masih duduk di bangku kelas 3 dan kelas 1 SD Negeri 7 Baruga.
Suriansah bersama sembilan orang rekannya yang disandera kelompok yang menamakan diri Abu Sayyaf pada 23 Maret 2016 lalu di perairan Filipina adalah kepala kamar mesin II.
"Terakhir bapak berkomunikasi dengan saya dan anak-anak menjelang bertolak ke Filipina. Setiap bapak mau berlayar selalu berbicara dengan saya dan anak-anaknya di Kendari," kata Idawati.
Idawati yang diselimuti kesedihan dan rasa cemas menambahkan bahwa suaminya berada di Kendari pada Oktober 2015.
"Pada Oktober 2015 bertemu anak-anak dan keluarga saat beroperasi rute Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dan Torobulu, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara," tambah Idawati, dengan mata berkaca-kaca.
Ia berharap agar pemerintah Indonesia dapat menyelamatkan suaminya dari cengkraman pelaku sandera.
"Suami saya dan ayah dari Adnansah Suriansah (anak sulung) dan Azza Aisiyah (anak bungsu) mencari nafkah untuk keluarga tetapi kerja keras juga memberi kontribusi devisa untuk negara," ujarnya.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: