Medan (ANTARA News) - Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara memastikan pengoperasian 60 Toko Tani Indonesia di Kota Medan dan sekitarnya paling lambat pada akhir April 2016.

"Operasional itu dipastikan segera dilakukan karena sudah ada kesepakatan antara pemerintah dan gapoktan (gabungan kelompok tani) maupun gapoktan dan Toko Tani Indonesia (TTI)," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumut, Suyono di Medan, Kamis.

Dia mengatakan itu usai acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Antara Gapoktan dengan Penjabat Pembuat Komitmen dan Gapoktan dengan TTI.

Sebanyak 30 gapoktan akan menjadi pemasok barang ke 60 TTI yang sudah ditetapkan masing-masing 42 di Kota Medan dan masing-masing enam TTI di Deliserdang, Serdang Bedagai, dan Langkat.

Sebanyak 30 Gapoktan itu masing-masing dari Deliserdang 15, Serdangbedagai sembilan, dan Langkat enam gapoktan.

"Dengan dioperasikannya 60 TTI yang berada di kawasan hunian warga, maka masyarakat akan bisa lebih mudah mendapatkan harga barang kebutuhan khususnya beras dengan harga murah atau terjangkau," katanya.

Harga beras di TTI diperkirakan sudah bisa dibeli masyarakat dengan harga Rp7.500 per kg dari selama ini yang jauh di atas angka itu.

"Sesuai tujuan didirikannya TTI adalah untuk memotong mata rantai pasokan hasil pertanian dari petani ke konsumen," katanya yang didampingi Kabid Distribusi dan Akses Pangan BKP Sumut, Ahmad Syafri.

TTI diharapkan dapat menyerap produk pertanian, menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tingkat petani serta memberikan stabilisasi harga dan kemudahan akses pangan di tingkat konsumen.

Dengan langkah itu, maka petani bisa tetap mendapatkan harga jual yang menguntungkan dan konsumen membeli dengan harga yan wajar sehingga inflasi juga bisa ditekan.

"TTI Sumut harus berhasil, karena hanya sembialn provinsi (termasuk Sumut) yang dipercayai mengoperasikan TTI," katanya.

Dia menegaskan, pemilihan Kota Medan sebagai tempat terbanyak TTI dengan perhitungan Medan merupakan daerah yang dijadikan indeks harga konsumen oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan kota itu cenderung menjadi penyumbang terbesar inflasi di Sumut.

Diharapkan TTI bisa dikembangkan di daerah lain Sumut.

"Untuk tahap pertama, komoditas yang akan dijual TTI adalah beras dan selanjutnya akan dikembangkan dengan barang lain seperti cabai merah dan bawang merah yang juga menjadi penyumbang inflasi," katanya.

Ketua Pokja Ahli Dewan Ketahanna Pangan Sumut, Bilter Sirait, mengatakan, Indonesia memang harus bisa mengendalikan harga beras mengingat harga beras termahal terjadi di Indonesia, Korea dan Jepang.

"Mahalnya harga beras bisa mengancam meningkatnya angka kemiskinan karena dewasa ini komoditas itu masih menjadi bahan pangan utama masyarakat," katanya.

Dengan adanya TTI dimana harga beras bisa dijual di pasar dengan harga normal dan wajar, maka di satu sisia akan mensejahterakan petani dan di sisi lain membuat kemampuan daya beli masyarakat tetap tinggi.