Jakarta (ANTARA News) - Hasil studi terbaru Baidu bersama lembaga riset Gfk Indonesia menunjukkan bahwa aplikasi mobile menawarkan pendapatan yang semakin menjanjikan dari tahun ke tahun.

Dalam temu media, di Jakarta, Kamis, Head of Marketing Baidu Indonesia, Iwan Setiawan, menjelaskan pendapatan yang berasal dari aplikasi mobile di Indonesia mencapai 62,1 juta dolar AS atau sekitar 817,1 miliar rupiah pada 2013.

Tak berselang lama, pendapatan yang dihasilkan oleh aplikasi mobile pada 2015 di Indonesia mencapai 118,2 juta dolar AS atau sekitar 1,55 triliun rupiah.

Diperkirakan, pada 2016 angka ini akan mencapao 142,1 juta dolar AS (1,86 triliun rupiah), dan pada 2018 akan mencapai 197,6 juta dolar AS (2,6 triliun rupiah).

Pendapatan dari aplikasi mobile paling besar masih disumbangkan oleh mobile advertising (iklan mobile), disusul paid-apps purchase (aplikasi berbayar) dan in-apps purchase (fitur berbayar dalam aplikasi yang diunduh).

"Meski saat ini pembelian in-apps masih memerikan kontribusi terendah, kedepannya diperkirakan kontribusi dari in-apps purchase akan melampaui kontribusi yang disumbangkan paid-apps purchase," kata dia.

Pada 2015, pendapatan mobile advertising dari lima wilayah yaitu Jakarta, Bodetabek, Bandung, Surabaya dan Semarang mencapai 15 juta dolar AS (197 miliar rupiah) mengungguli kontribusi yang disumbangkan oleh paid apps purchase yaitu 3,2 juta dolar AS (42 miliar rupiah) dan in-apps purchase yakni 2,9 juta dolar AS (38 miliar rupiah).

"Tahun ini, pendapatan dari mobile advertising dari wilayah yang sama diperkirakan akan mencapai 20,8 juta dolar AS (273,6 miliar rupiah)," ujar Iwan.