Polisi nyatakan Siyono meninggal bukan karena ditembak
5 April 2016 15:26 WIB
Sejumlah polisi berjaga di sekitar tempat pemakaman saat proses autopsi jenasah terduga teroris Siyono di Brengkungan, Pogung, Cawas, Klaten, Jawa Tengah, Minggu (3/4). Autopsi dilakukan keluarga dengan bantuan Komnas HAM dan Muhammadiyah itu melibatkan sembilan dokter forensik dari Muhammadyah dan satu orang dokter forensik dari Polda Jawa Tengah, guna mencari bukti kebenaran atas meninggalnya terduga teroris Siyono setelah ditangkap tim Detasemen Khusus 88, Rabu lalu (9/3). (ANTARA FOTO/ Aloysius J Nugroho)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Inspektur Jenderal Polisi Anton Charliyan, mengatakan, tidak ada satupun anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Indonesia yang menembak almarhum terduga teroris dari Klaten, Jawa Tengah, Siyono.
"Opini yang berkembang bahwa SY (Siyono) ditembak. Sekarang (kasus) dibuka lagi dengan diautopsi, yang dicari apakah ada luka tembak? Nggak ada itu. Nggak ada luka tembak," kata Charliyan, di Jakarta, Selasa.
Kendati demikian dia membenarkan, dalam hasil visum jenazah Siyono, ada tulang Siyono yang patah.
"Memang ada satu tulang rusuk yang patah. Ini karena berkelahi dengan petugas di kendaraan. Sedangkan tulang-tulang yang lain masih utuh," katanya.
Pihaknya pun menyesalkan kematian Siyono. Pasalnya Siyono merupakan saksi kunci bagi kepolisian untuk mengungkap gerakan New Jamaah Islamiyah (JI).
"Kami turut berduka atas meninggalnya Siyono. Tapi ini bukan disengaja, tapi insiden. Dia menyerang (petugas) duluan, mau rebut senjata sehingga berkelahi," katanya.
Penangkapan Siyono merupakan hasil pengembangan dari penangkapan sembilan orang anggota organisasi Jamaah Islamiyah (JI) pada Mei 2014.
Kemudian, dari penangkapan tersebut, tiga orang lain dibekuk, yakni AW alias TG, BR dan DN. "Berdasarkan keterangan dari tiga orang, terutama AW, terungkap Siyono menyimpan senjata," katanya.
Terduga teroris Siyono, warga Dukuh, Desa Pogung, Kabupaten Klaten setelah ditangkap oleh Densus 88 Mabes Polri dikabarkan meninggal dunia di Jakarta, Jumat (11/3).
Pihak keluarga, terutama istri Siyono, Suratmi, meminta keadilan terkait dengan meninggalnya suaminya.
"Opini yang berkembang bahwa SY (Siyono) ditembak. Sekarang (kasus) dibuka lagi dengan diautopsi, yang dicari apakah ada luka tembak? Nggak ada itu. Nggak ada luka tembak," kata Charliyan, di Jakarta, Selasa.
Kendati demikian dia membenarkan, dalam hasil visum jenazah Siyono, ada tulang Siyono yang patah.
"Memang ada satu tulang rusuk yang patah. Ini karena berkelahi dengan petugas di kendaraan. Sedangkan tulang-tulang yang lain masih utuh," katanya.
Pihaknya pun menyesalkan kematian Siyono. Pasalnya Siyono merupakan saksi kunci bagi kepolisian untuk mengungkap gerakan New Jamaah Islamiyah (JI).
"Kami turut berduka atas meninggalnya Siyono. Tapi ini bukan disengaja, tapi insiden. Dia menyerang (petugas) duluan, mau rebut senjata sehingga berkelahi," katanya.
Penangkapan Siyono merupakan hasil pengembangan dari penangkapan sembilan orang anggota organisasi Jamaah Islamiyah (JI) pada Mei 2014.
Kemudian, dari penangkapan tersebut, tiga orang lain dibekuk, yakni AW alias TG, BR dan DN. "Berdasarkan keterangan dari tiga orang, terutama AW, terungkap Siyono menyimpan senjata," katanya.
Terduga teroris Siyono, warga Dukuh, Desa Pogung, Kabupaten Klaten setelah ditangkap oleh Densus 88 Mabes Polri dikabarkan meninggal dunia di Jakarta, Jumat (11/3).
Pihak keluarga, terutama istri Siyono, Suratmi, meminta keadilan terkait dengan meninggalnya suaminya.
Pewarta: Anita Dewi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: