Rupiah Selasa pagi menjadi Rp13.193 per dolar
5 April 2016 10:58 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, bergerak melemah sebesar 31 poin menjadi Rp13.193 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.162 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16).
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, bergerak melemah sebesar 31 poin menjadi Rp13.193 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.162 per dolar AS.
"Penguatan mata uang rupiah cenderung tertahan akibat harga minyak mentah dunia yang turun. Beberapa kurs di kawasan Asia juga terlihat mengalami tekanan terhadap dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI pada Selasa (5/4) pagi ini berada di level 35,52 dolar AS per barel, menurun 0,50 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent di posisi 37,57 dolar AS per barel, melemah 0,32 persen.
Ia mengatakan bahwa harga minyak yang terus melanjutkan pelemahan itu seiring dengan meredupnya harapan pemangkasan produksi oleh negara-negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
"Hal itu cukup memberikan tekanan terhadap kurs negara berkembang," katanya.
Ia menambahkan bahwa sedianya akan diumumkan laporan survei konsumen Indonesia periode Maret 2016 pada hari ini (Selasa, 5/4), diharapkan data itu positif sehingga menopang laju rupiah ke depannya.
"Fokus investor juga mengarah pada cadangan devisa yang akan dirilis pada Kamis (7/4) nanti," katanya.
Sementara itu, analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa penguatan dolar AS masih cenderung terbatas menyusul pernyataan dovish Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengenai kenaikan suku bunga masih menahan laju mata uang Amerika Serikat itu tertahan.
"Pernyataan dovish itu telah memberikan indikasi kenaikan suku bunga tidak dilakukan dalam waktu dekat ini, kendati demikian investor juga diharapkan tetap waspada mengingat potensi kenaikan suku bunga masih cukup terbuka," katanya.
"Penguatan mata uang rupiah cenderung tertahan akibat harga minyak mentah dunia yang turun. Beberapa kurs di kawasan Asia juga terlihat mengalami tekanan terhadap dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI pada Selasa (5/4) pagi ini berada di level 35,52 dolar AS per barel, menurun 0,50 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent di posisi 37,57 dolar AS per barel, melemah 0,32 persen.
Ia mengatakan bahwa harga minyak yang terus melanjutkan pelemahan itu seiring dengan meredupnya harapan pemangkasan produksi oleh negara-negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
"Hal itu cukup memberikan tekanan terhadap kurs negara berkembang," katanya.
Ia menambahkan bahwa sedianya akan diumumkan laporan survei konsumen Indonesia periode Maret 2016 pada hari ini (Selasa, 5/4), diharapkan data itu positif sehingga menopang laju rupiah ke depannya.
"Fokus investor juga mengarah pada cadangan devisa yang akan dirilis pada Kamis (7/4) nanti," katanya.
Sementara itu, analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa penguatan dolar AS masih cenderung terbatas menyusul pernyataan dovish Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengenai kenaikan suku bunga masih menahan laju mata uang Amerika Serikat itu tertahan.
"Pernyataan dovish itu telah memberikan indikasi kenaikan suku bunga tidak dilakukan dalam waktu dekat ini, kendati demikian investor juga diharapkan tetap waspada mengingat potensi kenaikan suku bunga masih cukup terbuka," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: