Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat sebesar 16 poin menjadi Rp13.162 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.178 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Pernyataan dovish Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengenai kenaikan suku bunga masih menjadi salah satu faktor yang membuat dolar AS kembali mengalami tekanan terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk rupiah," kata Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong di Jakarta.

Ia menambahkan bahwa pernyataan dovish --pernyataan atau kebijakan yang memberikan indikasi penurunan dan biasanya mendapat respon negatif di pasar-- itu telah memberikan indikasi kenaikan suku bunga tidak dalam waktu dekat ini.

Kendati demikian, menurut dia, investor juga diharapkan tetap waspada mengingat potensi kenaikan suku bunga cukup terbuka seiring dengan data pekerjaan AS yang relatif solid.

"Total lapangan pekerjaan non pertanian naik 215.000 pada Maret, tetapi tingkat pengangguran juga naik menjadi 5,0 persen. Tingkat pengangguran naik karena semakin banyak warga AS yang mencari kerja, sebuah indikasi meningkatnya kepercayaan pada pasar tenaga kerja," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa pada pertengahan April 2016 ini juga akan diumumkan data neraca perdagangan Indonesia yang diproyeksikan membaik, beserta pengumuman tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).

"Ruang penguatan rupiah diperkirakan masih tersedia didukung oleh faktor domestik," katanya.

Ia menambahkan bahwa penguatan rupiah terhadap dolar AS juga sejalan dengan penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN) dimana tenor 10 tahun sudah mencapai 7,5 persen. Menurunnya imbal hasil itu menandakan berkurangnya risiko di Indonesia.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.145 dibandingkan Jumat (1/3) Rp13.200.