Damaskus (ANTARA News) - Kelompok ISIS yang mundur dari Palmyra, kota bersejarah di Suriah, ternyata meninggalkan banyak ranjau yang tertanam maupun masih tersimpan di sejumlah tempat, kata seorang perwira militer Suriah.

Petugas itu menyatakan, jalan utama di kota tua Palmyra telah dipasangi banyak ranjau, bahkan ada satu bahan peledak seberat 50 kilogram.

Palmyra sempat dikuasai ISIS, dan sejumlah bangunan maupun benda bersejarah dihancurkan. Namun, bala tentara Suriah kembali merebut kota itu. Serangkaian serangan udara dari Rusia ikut mendukung Pemerintah Suriah untuk mengalahkan ISIS.

Perwira tersebut mengaku tidak mengetahui mengapa pasukan ISIS juga meninggalkan banyak peledak. Hanya saja, ia menduga, penghancuran kota berusia lebih dari 2000 tahun tersebut tetap direncanakan ISIS.

Aparat keamanan Suriah, yang tidak bersedia disebutkan namanya itu, kepada Reuters mengemukakan bom yang ditinggalkan ISIS jumlahnya relatif banyak dan bisa meluluhlantakan Palmyra.

"Semua bangunan pemerintah dipasangi bom yang terhubung ke markas kepemimpinan Daesh," katanya. Daesh adalah sebutan bahasa Arab untuk ISIS

Ia menimpali, "Mungkin ada gagasan mereka menghancurkan kota ini saat mereka pergi. Bukan hanya bom biasa. Ada sejumlah bom sangat besar."

Kekalahan ISIS di Palmyra tidak hanya kemenangan militer yang signifikan bagi Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Hal ini membuka jalur utama ke sejumlah kawasan gurun di negeri itu.

Sebuah sumber militer Suriah mengatakan kepada Reuters bahwa pasukannya pada Sabtu (2/4) telah mengidentifikasi 45 mayat di sebuah kuburan massal di Palmyra, termasuk warga sipil dan anggota tentara Suriah ditangkap oleh ISIS.

Bagian dari Palmyra telah dibersihkan, termasuk jalan dari Homs. Namun, tentara Suriah akan segera bergabung dengan ahli bahan peledak dari pertambangan Rusia untuk menjinakkan atau meledakkan bom yang masih aktif dan menjadi ranjau tinggalan ISIS.

"Kita tidak bisa meninggalkan bom di sana. Kita berhadapan dengan 90 persen bom siap meledak, dan mereka kubur di dalam tanah, di semen maupun di aspal," katanya.

Warga sipil di Palmyra kebanyakan melarikan diri sebelum pasukan Suriah kembali menguasai kota tua itu. Mereka juga tidak berani kembali sebelum Palmyra aman dari bom.

Palmyra kini menjadi kota hampir mati. Hanya sedikit orang yang terlihat, dan tidak ada toko buka. Pemukiman penduduk juga rusa berat. Jejak ledakan masih terlihat di mana-mana.