Jakarta (ANTARA News) - Industri perawatan dan perbaikan pesawat atau Maintanance Repair and Overhaul (MRO) membutuhkan 1.000 tenaga ahli setiap tahun, di mana saat ini baru mampu dipenuhi 200-300 orang.

"Sampai dengan 15 tahun ke depan, kami butuh kurang lebih 12 ribu sampai 15 ribu (ahli). Jadi, hampir 1.000 per tahun," kata Ketua Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) Richard Budihadianto di Jakarta, Jumat.




Richard mengatakan, mempersiapkan tenaga ahli dibidang perawatan dan perbaikan pesawat menjadi tantangan terbesar Industri Maintanance Repair and Overhaul (MRO) pesawat di Indonesia.




Menurut mantan Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility (GMF) ini, membutuhkan waktu lima tahun untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) dibidang industri MRO.




Richard memaparkan, pertumbuhan industri pesawat terbang kerap lebih cepat ketimbang pertumbuhan industri perawatan dan perbaikan pesawat.




Hal tersebut terjadi salah satunya karena kebutuhan tenaga ahli dibidang industri MRO masih kurang, sehingga terjadi keterbatasan untuk memperluas kapasitas dan kapabilitas industri di dalam negeri.




Untuk itu, Richard berharap pemerintah mendukung peningkatan jumlah tenaga ahli perawatan pesawat dengan mendirikan politeknis dengan jurusan khusus aviasi.




"ini yang menjadi suatu hal yang khusus dibidang-bidang lain karena walaupun ini labor (buruh) tapi harus high skill license (berlisensi keahlian), diatur dengan regulasi internasional, tidak bisa sembarangan," tukas Richard