Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Mesjid Luar Batang Mansyur Amin mengaku curiga pengembang properti telah mendesak Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama untuk merelokasi warga Luar Batang.

"Kami curiga besar karena sudah beberapa tahun belakangan dikejar pengembang. Kami dapat peta akan ada kompleks. Kami berpikir ini strategi jangka pendek namun ujung-ujungnya kampung ini akan habis," kata Mansyur Amin yang menjadi sekretaris dewan pengurus Mesjid Luar Batang di Jakarta, Jumat.

"Di belakang ini ada program CSR, ada dana pengembang. Ini lucu," tambah Mansyur yang mengaku telah tinggal di Luar Batang sejak lahir 51 tahun silam.

Kecurigaan Masnyur kian menjadi karena dalam beberapa tahun belakangan Madrasah Al Fallah yang berdiri di atas tanah wakaf milik kakeknya tidak jauh dari Mesjid Luar Batang pernah ditawar seharga Rp10 juta per meter oleh salah satu pengembang.

"Madrasah ditawar pengembang Rp10juta per meter. Saya bilang semilyar pun tidak akan dilepas. Itu tanah wakaf," kata dia.

Di sisi lain, Mansyur tetap berharap pemerintah bisa melindungi Mesjid Luar Batang sebagai salah satu kompleks bersejarah dengan tidak menyingkirkan warga di sekitar lokasi.

"Mesjid harus ada masyarakat di sekilingnya untuk meramaikan," kata dia.

Warga sekitar Mesjid Luar Batang pun berharap pemerintah tidak mengorbankan masyarakat jika ingin merevitalisasi mesjid.

"Di sini ada kegiatan jual beli, ada wisatawan, sumber penghasilan. Kalau kami pindah, Mesjid Luar Batang jadi sepi," kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Dua hari lalu, Ahok mengatakan relokasi warga kawasan Luar Batang yang akan dilaksanakan secara bertahap mulai pertengahan April 2016, terutama bangunan rumah yang di atas laut.

"Relokasi mungkin akan dilakukan secara bertahap ada sekitar 1.000 keluarga dan sudah ada 15 keluarga yang pindah ke rumah susun Marunda, Bantar Gebang atau Pulo Gebang saya lupa," kata Ahok di Jakarta, Rabu.