Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan industri minuman ringan berkontribusi menggerakan ekonomi, karena terus berekspansi baik untuk produksi, distribusi maupun fasilitas pendukung.

"Industri minuman turut menggerakkan ekonomi dari produksi, penanaman modal, penyerapan lapangan kerja,” kata Saleh saat menerima Presiden Direktur PT Coca Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz di Jakarta, Kamis.

Pola ekspansi perusahaan minuman, imbuh dia, juga menggerakkan ekonomi di daerah karena pelaku usaha berusaha memperkuat pemasaran dengan mendekatkan produksi dan distribusi ke konsumen. "Berdirinya pabrik dan pusat distribusi termasuk pergudangan menjadi buktinya," tukas Saleh.

Hal ini merupakan strategi perusahaan menjamin kontinuitas pasokan dan menjaga loyalitas konsumen mengingat banyaknya merek produk sejenis dan persaingan yang sengit.

Lebih lanjut, Menteri Saleh mencermati, kehidupan bermasyarakat turut mendorong konsumsi minuman ringan yang terbilang unik, di mana produk minuman bahkan menjadi bagian dari interaksi sosial sehari-hari.

“Lihat saja, pada pesta perkawinan dan acara keluarga, minuman ringan selalu dihidangkan sebagai salah satu jamuan favorit. Selain air putih dan teh, juga ada minuman berkarbonasi atau yang lebih dikenal sebagai minuman soda,” ujarnya. Dengan demikian, Kemenperin optimistis peluang pengembangan industri minuman ringan masih terbuka.

Hal tersebut mengacu pada tingkat konsumsi minuman ringan masyarakat Indonesia yang baru 33 liter/kapita sedangkan negara ASEAN lainnya seperti Thailand mencapai 89 liter dan Singapura 141 liter.

Kelompok industri minuman ringan meliputi minuman berkarbonasi, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), teh siap saji, minuman sari buah, kopi dan susu siap saji, serta minuman isotonik/suplemen.