Departemen Energi AS (DoE) melaporkan kenaikan lagi dalam stok minyak mentah komersial AS pekan lalu, sebesar 2,3 juta barel. Penambahan persediaan itu lebih kecil daripada yang diperkirakan para analis sekitar tiga juta barel.
"Itu tidak banyak tetapi masih menempatkan kita pada tingkat rekor minyak mentah lagi dan kami masih memiliki lebih banyak cara daripada yang kita butuhkan," kata James Williams dari WTRG Economics.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, naik tipis empat sen menjadi ditutup pada 38,32 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, patokan global, berakhir pada 39,26 dolar AS per barel, naik 12 sen dari penutupan Selasa.
Harga minyak juga mendapat dukungan dari melemahnya dolar AS setelah Ketua Federal Reserve Janet Yellen pada Selasa mengisyaratkan pendekatan hati-hati untuk kenaikan suku bunga AS, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam mata uang itu lebih murah bagi pemegang unit-unit saingannya.
Jika harga minyak "bergantung pada pelemahan dolar AS, itu tidak akan pergi jauh lebih tinggi," kata Bernard Aw, ahli strategi di pedagang IG Markets.
"Dalam jangka waktu lebih panjang, itu masih permainan permintaan dan pasokan. Ini masih masalah kelebihan pasokan. Hanya ada begitu banyak dolar AS yang bisa melakukannya."
Harga minyak turun lebih dari 60 persen dari Juni 2014 sebagian besar karena kelebihan pasokan dan pelambatan ekonomi, khususnya Tiongkok, konsumen energi terbesar di dunia.
Produsen-produsen minyak utama, yang dipimpin oleh Rusia dan Arab Saudi, akan bertemu di Doha pada 17 April untuk membahas langkah-langkah guna menstabilkan harga, termasuk pembekuan produksi, tapi pasar minyak melihat kesepakatan tersebut sebagai tidak mungkin.
"Pertemuan OPEC dan non-OPEC mendatang ini pada tanggal 17 tidak akan mencapai apa-apa," kata Williams. Demikian laporan AFP.
(A026)