Jakarta (ANTARA News) - Para joki three in one (3-in-1) berharap agar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok memberikan mereka pekerjaan jika sistem 3-in-1 dihapus.




Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama dengan Ditlantas Polda Metro Jaya sedang mematangkan rencana penghapusan sistem 3-in-1.




"Saya bingung kalau dihapus nanti kerja apa. Tidak apa-apa dihapus tetapi Pak Ahok kasih kami kerjaan, jadi juru parkir saya juga mau," kata Kausar Iyar (19), saat ditemui ANTARA News, Rabu.




Kausar sudah menjalani profesi sebagai joki 3-in-1 sejak usai sepuluh tahun. Ia sempat mendapat pekerjaan sebagai penjaga kucing milik salah seorang artis namun pendapatan Rp500.000 per bulan tidak dapat menutupi biaya transportasi.




"Saya kembali jadi joki lagi karena tidak nutup ongkos, rumah saya di Tangerang," ujarnya.




"Jadi joki juga tidak seberapa, apalagi joki cowok biasanya hanya dapat Rp40.000, uangnya saya pakai untuk beli bensin motor, simpanan, makan, dan kasih ke ibu saya Rp10.000," jelas Kausar yang sejak kecil sudah mengamen itu.




Menjadi joki juga merupakan sumber penghasilan Bilal selain sebagai tukang parkir. Ia sudah menjadi joki sejak berusia delapan tahun mengikuti jejak ibunya.




"Jangan dihapus Pak Ahok, nanti saya makan pakai apa," kata Bilal.




Sedangkan Irma, joki yang membawa anaknya yang berusia 10 bulan mengaku mendukung apapun kebijakan pemerintah.




Tetapi sebagai orang tua tunggal dari putri semata wayangnya, ia berharap pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan.




"Hapus atau tidak saya dukung yang terbaik buat pemerintah. Tetapi kalau bisa kami dikasih lapangan pekerjaan. Saya pernah coba daftar jadi karyawan, kerjaannya potong kertas di konvensi, tetapi harus bayar Rp250.000, saya enggak punya uang," tutur Irma.




"Saya jadi joki juga mepet karena pisah dengan suami dan tidak diberi nafkah. Jadi joki kan tidak susah dan bisa bawa anak," tambahnya.