ISIS jumpai kekalahan terbesar di kota kuno Palmyra
28 Maret 2016 16:55 WIB
Situs bersejarah kota kuno Palmyra, di Suriah, dari udara. Setelah dalam bilangan tahun dikuasai dan menjadi pangkalan ISIS, akhirnya mereka bisa diusir tentara pemerintah Suriah dengan dukungan Angkatan Udara Rusia dari kota kuno sarat warisan sejarah dunia itu. (wikipedia)
Beirut (ANTARA News) - Pasukan pemerintah Suriah berhasil mengusir kelompok bersenjata ISIS dari kota kuno Palmyra, Senin, dengan bantuan gempuran Angkatan Udara Rusia. Inilah kekalahan terbesar ISIS di Palmyra, kota yang sangat sarat warisan sejarah peradaban dunia.
Terusirnya ISIS dari Palmyra itu kekalahan terbesar kelompok tersebut sejak mendeklarasikan negara khilafah pada 2014 di sebagian wilayah Suriah dan Irak. ISIS menguasai Palmyra pada tahun lalu dan sempat menghancurkan sejumlah peninggalan kuno tidak terbilang nilainya, di kota peninggalan emporium Roma itu.
Palmyra adalah kota kuno yang terletak di antara Damaskus di sebelah barat dengan ibu kota de facto ISIS, Raqqa dan Deir al-Zor, di sebelah timur.
Menurut komando pasukan pemerintah Suriah, Palmyra akan menjadi tempat dimulai ekspansi operasi militer dengan target Raqqa dan Deir al-Zor dan berjanji akan memotong jalur suplai ISIS dari kota sama.
Lembaga Pemantau HAM Suriah (Syrian Oberservatory for Human Rights) memperkirakan, sebanyak 400 anggota ISIS tewas dalam pertempuran di Palmyra. Direktur lembaga itu, Rami Abdulrahman, menyebutnya sebagai kekalahan terbesar ISIS sejak mendirikan khilafah dua tahun lalu.
Dari sisi pemerintah, lembaga itu menyatakan, 180 tentara pemerintah dan aliansinya tewas dalam pertempuran di Palmyra.
Sementara itu televisi milik pemerintah menyiarkan video Palmyra seusai ISIS terusir dengan jalanan yang kosong dan bangunan-bangunan yang rusak.
Stasiun yang sama memberitakan bahwa pesawat tempur dari kubu pemerintah dan Rusia tengah menembaki anggota ISIS yang melarikan diri ke arah timur.
Intervensi Rusia sejak September lalu memang memberi keuntungan besar bagi kubu Presiden Suriah, Bashar al Assad, dalam perang yang sudah berlangsung selama lima tahun itu. Meski telah menarik sebagian besar pasukan militer dua pekan lalu, pesawat tempur Moskow masih melancarkan puluhan serangan setiap hari di Palmyra untuk membantu pasukan pemerintah.
"Keberhasilan ini adalah pukulan berat bagi ISIS dan merupakan fondasi bagi kejatuhan moral para anggotanya sekaligus awal dari kekalahan mereka," kata komando tentara setempat dalam pernyataan tertulis.
Sementara itu, al Asaad berjanji akan membangun ulang Palmyra sebagai kota kuno.
"Palmyra sudah mengalami kehancuran lebih dari sekali dalam beberapa abad terakhir. Dan kami akan mengembalikannya sebagaimana semula sehingga menjadi warisan budaya bagi dunia," demikian stasiun televisi pemerintah mengutip Bashar.
Kekalahan ISIS di Palmyra terjadi tiga bulan setelah terusir dari kota Ramadi di Irak.
ISIS juga kehilangan sejumlah daerah lain, termasuk kota Tikrit di Irak dan kota al-Shadadi di Suriah pada Februari lalu. Saat ini, kubu pemerintah tengah berupaya memotong jalur suplai dua kota utama ISIS di Raqqa dan Mosul.
Terusirnya ISIS dari Palmyra itu kekalahan terbesar kelompok tersebut sejak mendeklarasikan negara khilafah pada 2014 di sebagian wilayah Suriah dan Irak. ISIS menguasai Palmyra pada tahun lalu dan sempat menghancurkan sejumlah peninggalan kuno tidak terbilang nilainya, di kota peninggalan emporium Roma itu.
Palmyra adalah kota kuno yang terletak di antara Damaskus di sebelah barat dengan ibu kota de facto ISIS, Raqqa dan Deir al-Zor, di sebelah timur.
Menurut komando pasukan pemerintah Suriah, Palmyra akan menjadi tempat dimulai ekspansi operasi militer dengan target Raqqa dan Deir al-Zor dan berjanji akan memotong jalur suplai ISIS dari kota sama.
Lembaga Pemantau HAM Suriah (Syrian Oberservatory for Human Rights) memperkirakan, sebanyak 400 anggota ISIS tewas dalam pertempuran di Palmyra. Direktur lembaga itu, Rami Abdulrahman, menyebutnya sebagai kekalahan terbesar ISIS sejak mendirikan khilafah dua tahun lalu.
Dari sisi pemerintah, lembaga itu menyatakan, 180 tentara pemerintah dan aliansinya tewas dalam pertempuran di Palmyra.
Sementara itu televisi milik pemerintah menyiarkan video Palmyra seusai ISIS terusir dengan jalanan yang kosong dan bangunan-bangunan yang rusak.
Stasiun yang sama memberitakan bahwa pesawat tempur dari kubu pemerintah dan Rusia tengah menembaki anggota ISIS yang melarikan diri ke arah timur.
Intervensi Rusia sejak September lalu memang memberi keuntungan besar bagi kubu Presiden Suriah, Bashar al Assad, dalam perang yang sudah berlangsung selama lima tahun itu. Meski telah menarik sebagian besar pasukan militer dua pekan lalu, pesawat tempur Moskow masih melancarkan puluhan serangan setiap hari di Palmyra untuk membantu pasukan pemerintah.
"Keberhasilan ini adalah pukulan berat bagi ISIS dan merupakan fondasi bagi kejatuhan moral para anggotanya sekaligus awal dari kekalahan mereka," kata komando tentara setempat dalam pernyataan tertulis.
Sementara itu, al Asaad berjanji akan membangun ulang Palmyra sebagai kota kuno.
"Palmyra sudah mengalami kehancuran lebih dari sekali dalam beberapa abad terakhir. Dan kami akan mengembalikannya sebagaimana semula sehingga menjadi warisan budaya bagi dunia," demikian stasiun televisi pemerintah mengutip Bashar.
Kekalahan ISIS di Palmyra terjadi tiga bulan setelah terusir dari kota Ramadi di Irak.
ISIS juga kehilangan sejumlah daerah lain, termasuk kota Tikrit di Irak dan kota al-Shadadi di Suriah pada Februari lalu. Saat ini, kubu pemerintah tengah berupaya memotong jalur suplai dua kota utama ISIS di Raqqa dan Mosul.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: