Washington (ANTARA News) - Bakal calon presiden utama dari Partai Republik, Donald Trump, mengkritik pakta pertahanan Atlantik Utara NATO dengan menyebutnya sebagai kuno, beberapa hari sebelum KTT Keamanan Nuklir di Washington, Kamis dan Jumat pekan ini, yang akan dituanrumahi Presiden Barack Obama.
Dalam wawancara dengan New York Times, Trump menyatakan dia lebih suka Jepang dan Korea Selatan diperbolehkan memiliki sendiri senjata nuklirnya ketimbang mengandalkan perlindungan AS dari Korea Utara dan China.
Tidak itu saja, Trump juga berniat menangguhkan pembelian minyak dari Arab Saudi dan sekutu-sekutu AS di dunia Arab lainnya kecuali mereka mau mengirimkan pasukan darat mereka untuk memerangi ISIS atau membayar AS untuk melakukan hal itu.
"NATO itu kuno," kata Trump jeoada program acara "This Week with George Stephanopoulos" di NBC.
NATO yang beranggotakan 28 negara didirikan di era yang berbeda, kata Trump, ketika ancaman utama Barat adalah Uni Soviet. Organisasi ini menjadi kurang cocok dalam memerangi terorisme sehingga mengorbankan Amerika Serikat, sambung dia.
"Kita harus menyesuaikan lagi NATO...bisa saja dipangkas, dan bisa saja juga direkonfigurasi dan Anda boleh menyebutnya NATO, tetapi itu harus diubah," kata dia.
Pada 21 Maret, Trump menyatakan AS harus memangkas bantuan keuangannya untuk NATO yang dibentuk pada 1949 setelah Perang Dunia Kedua dan menjadi benteng terhadap ekspansionisme Soviet.
Obama sendiri telah mengatakan bahwa AS akan mengkaji kembali upaya internasional dalam memerangi ISIS setelah terjadi serangan bom bunuh diri di Brussels, Belgia.
Sementara itu pesaing terkuat Trump dari sesama Republik, Senator Texas Ted Cruz menyebut pandangan Trump soal NATO itu sebagai "bodoh sekali."
"Meninggalkan Eropa, menarik diri dari aliansi militer paling berhasil di era modern, adalah sama sekali tidak masuk. Langkah itu hanya memberi kemenangan besar kepada (Presiden Rusia Vladimir ) Putin, kemenangan besar kepada ISIS," kata Trump seperti dikutip Reuters.
Donald Trump anggap NATO sudah kuno
28 Maret 2016 14:56 WIB
Kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump (REUTERS/Karen Pulfer Focht )
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016
Tags: