Sana'a (ANTARA News) - Puluhan ribu pendukung mantan presiden Ali Abdullah Saleh dan kelompok Syiah Al-Houthi menggelar pawai terpisah di Sana'a pada Sabtu (26/3) untuk memperingati satu tahun serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi dan perang saudara di Yaman.

Al-Houthi yang didukung Iran, dan pendukung Saleh membuat ibu kota Yaman terbagi dua.

Para pendukung Kongres Rakyat Umum yang dipimpin oleh Saleh berkumpul pada pagi hari di Daerah Al-Sabeen di Sana'a Selatan, sementara pengikut Al-Houthi menggelar pertemuan terbuka pada siang hari di Al-Rawda di bagian utara Sana'a.

Seperti dilansir kantor berita Xinhua, kedua pertemuan terbuka itu diserukan oleh kedua pemimpin perang, Ali Abdullah Saleh dan Abdul-Malik Badr Ad-Deen Al-Houthi.

Dalam pidato singkat kepada pendukung mereka, kedua pemimpin mengkonfirmasi mereka menghadiri pembicaraan perdamaian dengan Arab Saudi yang dimulai Februari dan mereka berusaha mengakhiri aksi koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap mereka.

Pada saat yang sama, mereka menuduh Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dan pemerintahnya menjadi "tentara bayaran" buat Pemerintah Arab Saudi.

Sejak pagi sampai petang, pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi terus terbang di atas wilayah Sana'a, tapi tidak melancarkan serangan udara.

"Peringatan hari agresi anti-Arab Saudi kita dimulai di daerah Al-Sabeen dan berakhir di Al-Rawda," kata pejabat penerangan Kantor Saleh, Nabil As-Soufi.

"Sana'a hari ini mengirim pesan kepada dunia dengan senjata dan lidah kita akan mengorban diri kita untuk Yaman," tulisnya di akun Twitter.

Para pendukung mengenakan pakaian suku tradisional dan pisau di pinggang mereka serta sebagian membawa senapan di punggung, memegang spanduk serta gambar para pemimpin, Ali Abdullah Saleh dan Abdul-Malik Badr Ad-Deen Al-Houthi.

"Kami datang hari ini ke Al-Sabeen untuk mendukung para pemimpin, Saleh dan Abdul-Malik Al-Houthi, dan untuk menyerukan segera diakhirinya agresi Arab Saudi," kata Ali Motahar (30), seorang prajurit Pasukan Keamanan Pusat.

Osama al-Joumari, pekerja toko kelontong berusia 25 tahun, mengatakan: "Jika kalian mencintai negara kalian, kalian harus mengikuti kedua unjuk rasa untuk menuntut penghentian segera agresi Arab Saudi di Yaman."

Bagi Moneer Abdullah, penjahit berusia 34 tahun, "pesan unjuk rasa hari ini adalah supaya dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghentikan perang."

"Perang ini telah menewaskan warga sipil dan anak-anak dan merusak rumah-rumah kami. Ini harus dihentikan dan ini pesan saya kepada dunia dan PBB," Abdullah.

Namun dalam unjuk rasa itu tidak ada yang berbicara mengenai keterlibatan pemimpin mereka dalam perang yang berkecamuk saat ini. Kenyataannya mereka hanya menyampaikan cerita satu pihak.

Pada 21 September 2014, petempur Al-Houthi yang didukung pasukan Garga Republik pimpinan Saleh merebut Ibu Kota Sana'a dengan menggunakan kekuatan, memenjarakan Presiden Abd-Rabbou Mansour Hadi dan anggota kabinetnya yang diakui masyarakat internasional.

Pengikut Al-Houthi dan prajurit yang setia kepada Saleh belakangan mengerahkan jet tempur dari Sana'a untuk menyerang Aden setelah Hadi dan anggota kabinetnya menyelamatkan diri dari Sana'a.

Al-Houthi dan Saleh juga mengirim tentara darat untuk mengukuhkan cengkeraman atas kota besar lain di Yaman Selatan.

Mereka memburu Hadi dan anggota pemerintahnya di Aden, dengan serangan mematikan memaksa mereka menyelamatkan diri ke pengasingan di negara tetangga Yaman, Arab Saudi.

Kelompok tersebut kemudian melancarkan manuver militer skala besar di dekat perbatasan Arab Saudi dan menyiarkan pesan agar Riyadh tidak mencampuri urusan dalam negeri Yaman. Pada 26 Maret 2015 pemerintah Arab Saudi memutuskan melakukan intervensi di Yaman.

Sementara itu, warga di berbagai provinsi Yaman Selatan seperti Taiz, Aden, Al-Dhalea, Lahj, Abyan dan beberapa bagian Provinsi Marib di bagian timur-laut Yaman yang telah direbut kembali oleh pasukan Hadi yang didukung koalisi sejak Juli tahun lalu, menggelar pertemuan terbuka untuk memperingati satu tahun perang dan menyerukan dilanjutkannya serangan koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap pasukan Saleh dan Al-Houthi.

"Oh Raja Salman seranglah mereka, kami di sini di mengalahkan mereka," teriak mereka di kota-kota yang telah dibebaskan, merujuk pada serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi.

Hadi juga menyampaikan pidato yang disiarkan dari Riyadh, ibu kota Arab Saudi, memuji dukungan koalisi pimpinan Arab Saudi dalam perang setahun itu.

"Selama setahun, legitimasi kita hampir membebaskan seluruh Yaman dan terima kasih atas dukungan koalisi dukungan Arab Saudi," kata Hadi dalam pidato menandai setahun sejak intervensi koalisi pimpinan Arab Saudi dalam konflik Yaman atas permintaan pemerintahan Hadi.

"Kita akan segera mengambil kembali Yaman dari tangan mereka yang memberontak yang akan segera menyerah setelah setahun tekanan dari pasukan kita dan pengeboman udara koalisi pimpinan Arab Saudi," tambah Hadi.

Perang dan serangan udara di Yaman telah menewaskan lebih dari 6.200 orang, kebanyakan warga sipil.

Utusan PBB untuk Yaman, Ismail Ould Sheikh Ahmed, mengumumkan gencatan senjata antar-pasukan yang bertikai di Yaman pada 10 April dan babak baru pembicaraan perdamaian satu pekan kemudian di Kuwait.

Berbagai upaya terdahulu untuk melaksanakan gencatan sejata di Yaman telah lama gagal. Masing-masing pihak saling menuduh pihak lain sebagai pelanggar gencatan senjata. (Uu.C003)